Pulau Bangka terletak di bagian timur Pulau Sumatra yang memiliki luas 11.694 km2 . Di sudut Pulau Bangka terdapat sebuah desa di Kecamatan Riau Silip yang bernama Desa Riau. Di Desa Riau sendiri terdapat kisah legendaris yang hampir semua masyarakat desa mengetahui kisah tersebut. Kisah itu terletak di “Hutan Kuncer”.
Menurut pandangan dan cerita dari orang terdahulu, terdapat sepasang suami istri yang tidak memiliki anak tinggal di hutan kuncer. Suaminya dikenal dengan sebutan “Akek Sintik” sedangkan julukan istrinya tidak diketahui.
Seperti hari-hari biasa, Akek Sintik melakukan rutinitas yang biasa ia lakukan setiap hari yaitu pergi ke kebun. Jika Akek Sintik pergi ke kebun, sang istri akan tinggal di rumah sendirian dan melakukan pekerjaan rumah tangga seperti biasanya.
Suatu hari, Akek Sintik hendak pergi ke kebun tetapi sang istri menahannya agar tidak pergi. Entah kenapa hari itu hati sang istri seakan-akan berat membiarkan suaminya pergi ke kebun. Namun Akek Sintik tetap ingin pergi ke kebun karena jika di rumah saja ia hanya duduk-duduk dan melamun, lalu ia menjelaskan kepada istrinya bahwa tidak akan terjadi apa-apa padanya. Hati istrinya pun luluh dan membolehkan Akek Sintik pergi, walaupun masih dengan sedikit berat hati.
Sesampainya di kebun, Akek Sintik melakukan pekerjaan yang selalu ia kerjakan di kebun seperti, mencabut rumput liar, menyiram tanaman, dan lain sebagainya. Dari awal Akek Sintik berangkat ke kebun hingga hendak pulang, Akek Sintik merasa aman-aman saja dan ia berpikir bahwa firasat istrinya salah.
Tetapi, pada saat Akek Sintik berjalan menuju ke rumah, dari kejauhan ia melihat wanita yang cantik nan anggun. Akek Sintik bergumam dalam hati, “Bertahun-tahun saya tinggal di hutan ini bersama istri saya, belum pernah saya bertemu dengan penduduk lain disekitaran sini”. Karena Akek Sintik penasaran asal usul wanita cantik nan anggun tersebut, dengan memberanikan diri Akek Sintik pun mendekati dan berbincang ringan dengan wanita itu. Setelah cukup lama berbincang, wanita tersebut mengajak Akek Sintik berkunjung ke kampungnya. Akek Sintik terheran-heran, ternyata ada kampung ramai penduduk yang letaknya tak jauh dari rumahnya.
Karena Akek Sintik terpesona dengan wanita tersebut, akhirnya ia mengajak wanita tersebut untuk menikah tanpa menghiraukan keberadaan istrinya di rumah, dan wanita tersebut mengiyakan ajakan Akek Sintik tersebut. Berhari-hari beliau tinggal di kampung istri barunya itu tanpa ingat istrinya sedang menunggu di rumah.
Setelah satu minggu berlalu, Akek Sintik berniat untuk pulang ke rumahnya sambil mengajak istri barunya untuk ikut. Mereka keluar dari kampung istri barunya dan berjalan menuju rumah Akek Sintik yang sudah terlihat dari kejauhan. Sesampainya di rumah, Akek Sintik disambut oleh istrinya yang sangat khawatir akan suaminya yang tak kunjung pulang. Akek Sintik memperkenalkan istri mudanya kepada istrinya, betapa terkejutnya hati sang istri. Karena rasa marah, kesal, dan sedih yang bercampur aduk dalam hati istinya, Akek Sintik pun diusir dari rumah oleh sang istri.
Kemudian Akek Sintik dan istri mudanya pergi dan kembali ke kampung istri mudanya dan tidak pernah terlihat lagi sampai sekarang. Istri muda Akek Sintik dijuluki oleh orang-orang sekitar dengan sebutan “Nek Sintik”. Sedangkan istri pertama dari Akek Sintik tadi berubah menjadi wanita cantik berambut emas.
Dari kisah diatas banyak kejadisan-kejadian di luar nalar yang kerap terjadi di hutan kuncer, seperti: 1) Bertemu lipan sebesar lengan orang dewasa, tetapi hanya menampakkan diri dan tidak mengganggu; 2) Bertemu pohon buah-buahan yang sudah matang dan konon katanya jika hendak mengambil buat tersebut ambil sepuasnya pada saat itu juga, kalau ingin mengambil esok hari maka pohon buah tersebut tidak akan dijumpai lagi; dan 3) Bertemu dengan batu berbentuk “lawang” (pintu) setinggi 3 meter dan lebar sekitar 2 meter yang sudah ditumbuhi lumut.
Semua kisah tadi hanya kisah legenda semata, banyak versi-versi kisah lainnya selain ini. Tidak mesti dipercaya dan diyakini.[]
Pengirim :
Anila Ismi, mahasiswi Jurusan Ekonomi Fakultas Ekonomi, Universitas Bangka Belitung