Pemikiran Fazlur Rahman berbeda dengan sikap kritis terhadap data sejarah karena mampu memberikan penilaian yang cermat dan bernilai terhadap perkembangan pendidikan Islam. Fazlur Rahman menelusuri sejarah pendidikan Islam dan memberikan materi pembelajaran yang berharga untuk memberikan ide-ide baru untuk membantu pendidikan Islam mencapai tujuannya seperti yang diharapkan. Menurut Fazlur Rahman, pendidikan pada hakekatnya masih merupakan pendidikan postkolonial.
Kedua; Jika pendidikan di lembaga-lembaga keagamaan tradisional tidak disesuaikan dengan baik, ia akan mengalami kehancuran atau kegagalan. Ketiga; Pendidikan modern telah mencapai status otoritas yang biasa dari pendidikan tradisional dalam arti mengacu pada para profesional teknologi. Hal ini menyebabkan ketidakmampuan pendidikan Islam untuk mengangkat derajat intelektualitas umat.
Fazlur Rahman menyatakan bahwa masalah pendidikan Islam yang sulit direformasi adalah kurangnya standarisasi akademik dan komitmen yang kuat terhadap Islam. Di satu sisi, hal ini berkaitan dengan penyediaan tenaga pengajar dan kurikulum terpadu. Menurutnya, pendidikan merupakan pilar pembaharuan yang terpenting (Khotimah, 2014).
Alquran sebagai sumber konsep pendidikan
Menurutnya, permasalahan dunia muslim diselesaikan dengan pemahaman yang baik terhadap Al-Qur’an secara keseluruhan dan tidak hanya sebagian saja. Alquran harus menjadi sumber dan inspirasi pemikirannya, Alquran harus menjadi kriteria pembaharuannya. Ia mengatakan bahwa jika umat Islam ingin keluar dari krisis, mereka harus berpaling kepada dua sumber yaitu Al-Qur’an dan ajaran Nabi Muhammad SAW dan menafsirkannya sebagai jawaban yang harus digeneralisasikan ke dalam prinsip-prinsip moral yang dapat disikapi kapan saja. waktu . . – mengubah keadaan.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Alquran adalah untuk mengembangkan kompetensi inti seseorang sedemikian rupa sehingga semua ilmu yang diperoleh menyatu dengan kepribadian kreatifnya. Ini memungkinkan dia untuk memanfaatkan kekuatan alam untuk kepentingan umat manusia dan menciptakan tatanan dunia yang adil, progresif dan sehat.
Kembali ke Al-Qur’an dan As-Sunnah, pelaksanaan guru Yayah Hidayah (Helva dalam Zuraya: 2013) memang merupakan suatu keharusan dalam mengimplementasikan pendidikan yang digagas oleh Fazlur Rahman. Hal ini harus disadari oleh para pendidik muslim agar tercapainya pendidikan yang berorientasi al-qur an dan sunan. Menurutnya, Islam tidak menghalangi pemeluknya untuk memperoleh ilmu dalam bentuk apapun.
Tujuan Pendidikan Islam
Menurut Fazlur Rahman, umat Islam harus memeriksa dan mempelajari tradisi Islam mereka sendiri terhadap kriteria dan prinsip Al-Qur’an
Konsep pemikiran pendidikan Islam menurut Fazlur Rahman: tubuh pengetahuan yang diciptakan oleh modernitas kritis.
Kedua, mereka tidak hanya dapat menilai dan mengukur tradisi (Islam) mereka, tetapi juga menilai tradisi Barat. Ini adalah langkah awal untuk menemukan ilmu baru, yang merupakan tujuan sebenarnya dari para intelektual Islam atau pendidikan Islam itu sendiri. Fazlur Rahman menegaskan bahwa pembaharuan Islam dimulai dari pendidikan.
Ada tiga pendekatan untuk reformasi pendidikan:
Pendidikan sekuler modern. Dengan dijiwai dengan konsep-konsep kunci Islam tertentu, maka ditempuh dua tujuan: (1) Membentuk karakter peserta didik dengan nilai-nilai Islami dalam diri individu dan masyarakat. (2) Untuk membantu para profesional terdidik modern menanamkan nilai-nilai Islami dalam bidang studinya. Kedua, menyederhanakan kurikulum tradisional. Untuk meminimalkan materi yang tidak perlu. Ketiga, memadukan tujuan pendidikan Fazlur RahmaN. tujuan pendidikan Islam yang defensif dan berorientasi ke luar harus diubah terlebih dahulu. Menurutnya, tujuan pendidikan dalam perspektif al-Qur’an adalah untuk mengembangkan kompetensi inti manusia agar seluruh ilmu yang diperolehnya menyatu dengan kepribadian kreatifnya .
Kedua, beban psikologis umat Islam terhadap Barat harus dihilangkan. Menurut Rahman, untuk menghilangkan beban psikologis, perlu dilakukan kajian Islam yang menyeluruh secara historis dan sistematis terhadap pengembangan disiplin ilmu Islam seperti teologi, hukum, etika, Hadits, masyarakat dan filsafat setelah Al-Qur’an.
Ketiga, sikap negatif umat Islam terhadap sains juga harus diubah, karena menurut sains tidak ada yang salah, kesalahan terletak pada penggunanya. Ketika orang mempelajari sains untuk kebaikan umat manusia. Rahman juga menyatakan bahwa Islam memperbolehkan umatnya untuk memperoleh ilmu dalam bentuk apapun selama ilmu yang diperoleh tidak menyesatkan dan berujung pada kehancuran diri karena sifat ilmu pengetahuan adalah untuk memberi manfaat bagi umat manusia. Sistem Pendidikan
Menurut Fazlur Rahman, ada dua pendekatan doktrin dasar dalam teori-teori Islam modern; Pertama; Perolehan ilmu pengetahuan modern hanya terbatas pada bidang teknologi praktis, karena dalam ranah pemikiran murni umat Islam tidak membutuhkan produk intelektual Barat yang melemahkan pemikiran Islam. Kedua; Muslim yang tak kenal takut tidak hanya dapat memperoleh teknologi Barat, tetapi juga kecerdasan, karena tidak ada satu pun pengetahuan yang berbahaya, dan Muslim dengan rajin mengembangkan sains dan pemikiran murni di awal Abad Pertengahan, yang kemudian menemukan jalannya ke Eropa sendiri. Fazlur Rahman melihat bagaimana pendidikan agama dan ilmu umum dapat dipadukan secara organik dan menyeluruh. Padahal, ilmu itu integral dan tidak bisa dipisahkan.
Di tengah merebaknya persoalan dikotomi dalam sistem pendidikan Islam. Fazlur Rahman berusaha mencari solusi. Menurutnya, menghilangkan dualitas sistem pendidikan Islam adalah memadukan ilmu agama dengan ilmu umum secara organik dan komprehensif karena pada hakekatnya ilmu itu integral dan tidak dapat dipisahkan. Pada prinsipnya segala sesuatu harus dipadukan dengan baik ke dalam kajian ilmu-ilmu alam untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang luas. Adanya keseimbangan antara ilmu umum dan agama dalam kurikulum Islam, pada gilirannya melahirkan pakar-pakar ilmu sesuai dengan periode perkembangan, jenjang pendidikan, peminatan sempit pendidikan tinggi, dsb. Masjid dan universitas dulu hingga sekarang. Menurut Rahman, ilmu ini pada hakekatnya adalah satu hal, atas nama Allah SWT.
Pandangannya terhadap Peserta Didik
Menurut Fazlur Rahman, dikotomi antara agama dan pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan, pertama; Siswa harus mendapatkan pendidikan Al-Qur’an secara komprehensif, tidak hanya sebagai literasi, hafalan atau pendidikan akhlak, tetapi sedemikian rupa sehingga dapat menjadi solusi bagi semua masalah manusia. Kedua; Menyediakan disiplin ilmu-ilmu keislaman yang historis, kritis dan holiaatik. beberapa upaya harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan siswa. Pertama, Al-Qur’an harus diajarkan kepada siswa dengan cara yang memungkinkan mereka untuk menggunakan kitab suci tidak hanya sebagai sumber inspirasi moral, tetapi juga sebagai referensi tertinggi untuk memecahkan masalah.
Mengenai pemberian metode dan pemahaman serta penafsiran Al-Qur’an yang sistematis, pertama:Makna atau pentingnya pernyataan tersebut harus dipahami melalui kajian terhadap situasi dan masalah sejarah yang jawabannya adalah pernyataan Al-Qur’an. Kedua: Menggeneralisasikan jawaban spesifik tersebut dan menyajikannya sebagai argumen dengan tujuan moral dan sosial umum yang dapat disaring melalui ayat-ayat tertentu yang sering disajikan dengan latar belakang sosio-historis. Menurut Rahman, jika kedua gerakan ini bisa diwujudkan, perintah Al-Qur’an akan kembali hidup dan efektif. Kedua, memberikan materi kajian disiplin ilmu Islam yang bersifat historis, kritis, dan komprehensif, antara lain:Teologi, etika hukum, ilmu sosial dan filsafat.
Pandangan terhadap Pendidik
Menurut Fazlur Rahman, guru muslim lebih cenderung dimaknai sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik, mengarah pada perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi efektif maupun potensi kognitif dan psikomotor. Berdasarkan hal ini, diperlukan pelatih profesional dengan pemikiran kreatif terintegrasi. Rahman Saat ini masih sulit untuk menemukan guru yang berkualitas, profesional dengan pikiran kreatif dan terpadu yang dapat menafsirkan hal-hal lama dalam bahasa baru sebagai alat yang berguna untuk menciptakan cita-cita.
Untuk mengatasi masalah di atas, Fazlur Rahman mengusulkan beberapa ide: Pertama, merekrut dan melatih siswa dengan bakat terbaik dan komitmen yang kuat terhadap Islam. Kedua, diangkat lulusan madrasah yang relatif cerdas atau sarjana modern yang mendapat gelar doktor dari universitas Barat dan bekerja di lembaga akademik yang lebih tinggi dalam bidang studi bahasa Arab dan sejarah Islam (Fazlur Rahman, 1995). Ketiga, guru harus dididik di pusat-pusat studi Islam di luar negeri, terutama di Barat.
Kursus keempat berkaitan dengan lulusan Madrasah berbahasa Inggris dan berusaha untuk melatih mereka dalam teknik penelitian modern. Sebaliknya, itu menarik lulusan filsafat dan ilmu sosial dan memberi mereka kelas dalam disiplin ilmu bahasa Arab dan Islam klasik. Kelima, mengingatkan guru agar kreatif dan terarah dalam menghasilkan karya-karya Islami.[]
Pengirim :
Naila Maulida, Mahasiswa Jurusan Tadris Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan