Linggoasri adalah sebuah desa yang terletak di tengah hutan.Desa ini dihuni oleh beragam kepercayaan dan agama yang telah hidup berdampingan selama bertahun-tahun.
Asal usul dinamakan desa Linggoasri itu ada batu linggo di didesanya yang ditutupi kain putih dan di simpan di suatu tempat, jika Asri itu karena dari suasana yang adem sejuk hening.
Di Desa Linggoasri masyarakatnya mayoritas bekerja sebagai petani.Hasil panen nya seperti padi ,jagung kopi dan lainnya.
Dengan populasi yang terdiri dari berbagai agama dan kepercayaan, Desa ini telah berhasil menciptakan lingkungan harmonis yang mempromosikan dialog antaragama, toleransi, dan kerjasama. Salah satu aspek yang paling mencolok adalah kehadiran berbagai tempat ibadah yang saling berdampingan, seperti masjid, gereja, vihara, dan pura, yang menunjukkan keragaman keyakinan agama di desa ini.
Salah satu perayaan keagamaan yang paling dinanti adalah “Festival Keagamaan Linggoasri.” Pada festival ini, warga dari berbagai agama berpartisipasi dalam berbagai kegiatan, termasuk upacara keagamaan, pertunjukan seni, dan pameran kuliner tradisional. Ini adalah momen penting di mana warga desa datang bersama untuk merayakan perbedaan mereka sambil memperkuat persatuan mereka.
Selain itu, Desa Linggoasri juga dikenal karena kebijakan lingkungan yang ramah. Warga desa secara aktif menjaga alam sekitarnya, menjadikan pertanian organik sebagai praktik umum, dan mempromosikan pola hidup berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan ajaran agama-agama yang mereka anut yang mengajarkan perlindungan terhadap alam.
Desa Linggoasri bukan hanya tempat tinggal bagi warga yang beragam agama, tetapi juga tempat di mana kerukunan antaragama dan keberlanjutan lingkungan menjadi gaya hidup. Desa ini merupakan contoh inspiratif tentang bagaimana masyarakat dengan latar belakang beragama yang berbeda dapat hidup bersama dalam perdamaian dan saling mendukung dalam menjaga kepercayaan.
Di Desa Linggoasri mayoritas beragama Islam.disaat ada acara seperti hari raya Budha, Hindu atau Kristen yang beragama Islam juga ikut serta merayakan hari raya. Contohnya Nyepi dan hari raya waisak.Yang beragama Islam juga menghormati orang Hindu yang sedang beribadah Nyepi. Yang beragama Islam disaat adzan pun tetap adzan, namun yang biasanya memakai speaker itu tidak memakai, agar tidak mengganggu hari raya non muslim tersebut.Dan sebaliknya jika yang beragama Islam ada hari raya idul Fitri, agama Hindu Budha dan Kristen juga mengikutinya.[]
Pengirim :
Kristalia Sabita Rasadi, mahasiswa Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Universitas K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan