Implikasi Antropologi dalam Sistem Pendidikan di Indonesia

Dalam proses pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia), Pendidikan memiliki kewenangan melalui praksis pendidikan yang terwujud ke dalam perilaku manusia di masyarakat. Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Pendidikan di Indonesia didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pada saat ini sistem pendidikan di Indonesia menggunakan sistem pendidikan nasional dengan menggunakan format 6-3-3-4, yaitu 6 tahun pendidikan sekolah dasar, 3 tahun pendidikan sekolah menengah, 3 tahunpendidikan sekolah atas, dan 4 tahun pendidikan universitas. Semua jenjang dan jenis pendidikan tersebut harus mengimplementasikan Sistem Pendidikan Nasional tersebut.

Dalam pandangan antropologi, pendidikan lebih menekankan kepada aspek budaya yang berkembang di dalam masyarakat. Mengapa begitu ? karena pada aspek ini dapat diketahui pola perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat secara universal maupun pola perilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat (suku bangsa). Dalam hal ini antropologi akan mempelajari tentang bagaimana proses praktek pendidikan menurut pandangan budaya masyarakat setempat.

Kegiatan pembelajaran berupa pendidikan yang berlandaskan sosial antropologi sangat dibutuhkan dalam memahami karakteristik sosial masyarakat di Indonesia. Dimasukkannya landasan antropologi dalam sistem kurikulum muatan lokal peserta didik agar pendidikan memperhatikan latar belakang kebudayaan yang berbeda dari setiap peserta didik sehingga terwujudnya kegiatan belajar yang baik(Kewuel, 2017).

Sekilas tentang antropologi

Antropologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari budaya-budaya masyarakat. Sebagai cabang ilmu sosial, antropologi memiliki sifat empirik deskriptif, artinya bahwa ilmu tersebut berbicara sebagaimana adanya. Antropologi menggambarkan fenomena sosial dan perilaku manusia sebagai makhluk individu dan sosial dari etnis-etnis tertentu yang bisa dilihat (diobserve), diraba atau yang kasat mata. Antropologi memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal dan lebih banyak memfokuskan pada aspek kebudayaan atau lebih tepatnya memfokuskan pada nilai-nilai budaya yang ditransformasikan secara sistematis, terprogram melalui proses belajar, sosialisasi, internalisasi atau pembelajaran.

Baca Juga :  Masuknya Kembali AS Dalam Paris Agreement Sebagai Kebijakan Menghadapi Krisis Iklim

Berikut pengertian antropologi menurut para ahli : David Hunter, Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia. Koentjaraningrat. Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna ,bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan. Rifhi Siddiq. Antropologi adalah ilmu yang mengkaji segala aspek yang terdapat pada manusia yang terdiri dari berbagai macam konsepsi kebudayaan, tradisi, ilmu pengetahuan, teknologi,norma, kelembagaan, seni, linguistik dan lambang. William A. Havilland. Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.

Dari berbagai macam pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa antropologi menelaah manusia secara utuh, yaitu tentang sifat-sifat ragawi manusia dan nilai-nilai kemanusiaan yang membuat pergaulan hidup manusia sebgaai kelompok masyarakat. Nilai-nilia tersebut ada yang sama dan universal namun ada juga yang berbeda dan spesifik.

Antropologi sebagai disiplin ilmu

Antropologi pendidikan mulai menampilkandirinya sebagai suatu disiplin pada pertengahan abad ke-20. pada saat itu banyak pertanyaan yang diajukan kepada para pemimpin pendidikan tentang seberapa jauh pendidikan dapat mengubah masyarakat. Seperti dikatahui pada sata itu,negara-negara maju meningkatkan program besar untuk menciptakan pembangaunan di negara yang baru saja merdeka. Antropologi pendidikan berusaha untuk menemukan pola budaya belajar yang dapat menciptakan perubahan sosial.

Antropologi pendidikan merupakan cabang termuda dari antropologi. Antropologi pendidikan menyajikan aplikasi teori dan metode yang digunakan untuk menelaah tingkah laku persepsi masyarakat terkait pendidikan. Sehingga antropologi pendidikan bertujuan untuk menambah wawasan tentang pendidikan dilihat dari sudut pandang budaya. Oleh karena itu antropologi memandang gejala pendidikan sebagai bagaian dari produk budaya manusia.

Pada dasarnya, antropologi pendidikan mestilah merupakan sebuah kajian sistematik, tidak hanya mengenai praktek pendidikan dalam prespektif budaya, tetapi juga tentang asumsi yang dipakai antropolog terhadap pendidikan dan asumsi yang dicerminkan oleh praktek-praktek pendidikan.(Imran Manan, 1989).

Baca Juga :  Indahnya Berbagi Kemuliaan di Bulan Suci Ramadhan

Melalui pemahaman-pemahaman tentang pendidikan tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa pendidikan bukan sekedar proses mengembangkan intelektual saja, akan tetapi lebih dari itu dan bahkan berlangsung sepanjang hayat.

Implikasi Antropologi dalam Sistem Pendidikan Di Indonesia

Berdasarkan dari berbagai sumber, Indonesia memiliki ribuan pulau yang dirangkai oleh selat dan keadaan geografisnya tidak merata. Faktor geografis suatu daerah sangat berpebfaruh terhadap jaringan komunikasi dan juga transportasi antar daerah maupun antar pulau. Khususnya di daerah pegunungan yang tinggi dan jauh dari pusat kota yang akan menghambat proses informasi. Sehingga akan berpengaruh juga pada pengetahuan penduduk di sekitar.

Selain faktor geografis, perbedaan adat-istiadat, suku bangsa, sistem nilai, dan juga budaya sangat berpengaruh terhadap hubungan sosial masyarakat, sistem pendidikan, mata pecaharian, dan pola pikir manusia.

Adanya perbedaan macam suku bangsa dan budaya secara alamiah, dari dulu telah berlangsung upaya pendidikan sebagai proses transmisi dan transformasi kebudayaan.oleh karena itu, pendidikan di setiap daerah berbeda dan disesuaikan dengan budaya daerah tersebut. Proses pendidikan bangsa sudah ada sebelum kedatangan penjajah dan memiliki antropologis yang kuat.

Sistem kurikulum di Indonesia yang sudah diterapkan di setiap daerah berdampak pada perkembangan pengetahuan yang berbeda dan mempengaruhi kemajuan masyarakat. Hal ini berbeda dengan perkembangan masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan dengan daerah pedesaan. Masyarakat perkotaan memberikan pendidikan anaknya mulai dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi. Program pendidikan di sekolah terdiri dari : sekolah reguler, home schooling, akselerasi, dan sekolah berstandar internasional (RSBI). (Nasution, 2004).

Selain itu, kota merupakan pusat pemerintahan dan perdagangan, sehingga memungkinkan perkembangan pendidikan mudah dijangkau dan cepat. Berbeda dengan daerah pedesaan yang jika melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi merupakan suatu permasalahan. Hal ini dikarenakan tingkat ekonomi penduduk yang masih rendah, kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan, keterbatasan akses lembaga pendidikan dan angka migrasi yang tinggi. Sehingga hal ini pula yang menyebabkan angka nak drop out dari keluarga yang kurang mampu tersebut tinggi.

Baca Juga :  Bisa Sukses Karena Mindset

Melihat permasalahan tersebut, maka peranan pendidikan sangat penting khususnya penyusunan kurikulum oleh satuan pendidikan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan pendidikan nasional dan tercapainya tujuan pembelajaran. Salah satu kurikulum berbasis budaya lokal telah memberikan sumbangan untuk lebih mengenal potensi budaya di masing-masing daerah, sehingga peserta didik dapat mengenal potensi budayanya sendiri, dapat mengembangkan potensi budaya, serta dapat bermanfaat bagi kelangsungan hidupnya (berwirausaha). (Nasution, 2004).

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam antropologi, diantaranya : (Koentjaraningrat, 1990). 1) Identifikasi kebutuhan belajar masyarakat. Identifikasi ini bersumber dari informasi masyarakat. Hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan dan data yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan kurikulum; 2) Keterlibatan partisipasi masyarakat. masyarakat ikut serta dalam merancang kurikulum, menyediakan sarana dan prasarana, menentukan narasumber sebagai fasilitator, dan ikut menilai hasil belajar; dan 3) Pemberian Pendidikan kecakapan hidup. Pendidikan kecakapan hidup merupakan pendidikan dalam bentuk pemberian keterampilan dan kemampuan dasar pendukung fungsional, membaca, menulis, berhitung, memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi. (Koentjaraningrat, 1990).

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan di Indonesia menggunakan sistem Pendidikan nasional yang dalam penerapannya masih menganut daerahnya masing-masing. Beragamnya aneka suku dan budaya membuat proses keberlangsungan Pendidikan di tiap-tiap daerah pun berbeda-beda. Juga faktor perbedaan lokasi membuat pengetahuan antara masyarakat perkotaan lebih maju daripada masyarakat pedesaan karena rendahnya ekonomi yang sangat jauh dari masyarakat perkotaan. Sehingga adanya kesenjangan tersebut membuat tingkat pengetahuan pun menjadi berbeda. Dalam cara bahasanya pun juga berbeda dalam tiap daerah, seperti contoh di daerah jawa bahasanya agak berbeda dengan Bahasa jawa yang ngapak, biasanya Bahasa jawa ngapak terkenal lebih kasar daripada Bahasa jawa pada umumnya.[]

Pengirim :
Luk Luki Fitri Rohmatilah, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan INISNU Temanggung

banner 300250