Kualitaskan Mutu Pendidikan, MI NU Banat Pahamkan Aswaja sebagai Manhaj Al Fikr

Oleh : Iis Narahmalia

Dalam tradisi umat Islam di Indonesia, khususnya NU, penganut Aswaja biasanya didefinisikan sebagai orang yang mengikuti salah satu madzhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali) dalam bidang Fiqh, mengikuti Imam al-Asy’ari dan Maturidi dalam bidang akidah dan mengikuti al-Junaydi dan al-Ghazali dalam bidang tasawwuf. Sejauh pengetahuan penulis, definisi ini pertama kali dirumuskan oleh Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari sebagaimana tertuang dalam Qonun Asasi NU.

Secara Etimologi, Ahlussunnah Wal Jamaah dapat dikonsepsikan Ahlun berarti pemeluk aliran atau pengikut mazhab. Al-Sunnah berarti thariqat (jalan), sedangkan Al-Jamaah berarti sekumpulan orang yang memiliki tujuan. Terkadang di era sekarang ini konsep Aswaja sendiri sering disalah artikan sebatas manhaj yang dilakukan secara berjama’ah saja namun perlu kita pahami dari segala konsep dan struktural manhaj Aswaja sendiri dalm bidang akidah atau ubudiyah berkembang menjadi bidang, seperti syariah atau fiqih tasawuf. Dalam bidang akidah mengacu pada Imam Asy’ari dan Imam Maturidi.

Sedangkan, dalam fiqh atau hukum Islam mengacu pada salah satu empat mazhab, yaitu Hanafi, Syafi’i, Maliki, dan Hambali yang berlandaskan Al-Quran, hadits, ijma dan qiyas.
Secara ringkas bisa disimpulkan bahwa Ahlu sunnah wal jamaah adalah semua orang yang berjalan dan selalu menetapkan ajaran Rasulullah SAW dan para sahabat sebagai pijakan hukum baik dalam masalah aqidah, syari’ah dan tasawwuf.

Baca Juga :  Tradisi Lopis Raksasa Desa Krapyak Kota Pekalongan

MI NU Bantat Sinergikan Pendidikan Kesislaman Aswaja

Madrasah Ibtidaiyah NU Banat Kudus yang berada di tengah perkotaan ini menjadi sebuah madrasah unggulan tingkatan SD/MI di Kota Kudus. Yayasan pendidikan yang hanya berpeserta didik putri ini memberikan kesan tersendiri bagi penikmat kalangan jasa pendidikan baik orang tua maupun peserta didiknya. MI NU Banat menjadi kiblat penddiakn dasar NU khsuusnya didaerah kota Kudus yang amana mampu memberikan sinergi bagi lingkungan dan masyarakat sekitar sehingga dalam penerimaan siswa baru pun mengakami surplus peserta didik karena dari anggapan masyarakat sekitar bahwasanya MI NU Banat ini mampu menerapan kualitas mutu pendidikan yang sesui dengan standar mutu.

Baca Juga :  Sambut Tamu Ala “Urang Kite”

Sistem pembelajaran dengan konsep aswaja an-nahdiyah yang begitu kental menambah nuansa keislaman yang bersinergi positif dalam perkembangan peserta didik baik dalam ranah afektif, kognitif dan psikomotoriknya. Proses pembelajara yang telah berjalan di MI NU Banat Kudus ini telah menajadi kiblat proses pembelajaran dibuktikan dengan perolehan juara 1 pada lomba HAB Kemenag dalam vidio pembelajaran tingkat kabupaten Kudus selama masa pandemi berkangsung. Dengan berbagai kejuaran yang diperoleh itu menjadi cerminan madrash yang menedepankan kualitas secara akademik maupun non akademik dalam memajukan madrasah NU status swasta sebagai sekolah unggulan yang tidak kalah dengan sekolah berstatus negeri.

Implementasikan Aswaja Sebagai Manhaj Al Fikr

Ahlussunnah Wal Jama’ah (ASWAJA) lahir dari pergulatan intens antara doktrin dengan sejarah. Di wilayah doktrin, debat meliputi soal kalam mengenai status Al-Qur’an, apakah ia makhluk atau bukan, kemudian debat antara sifat-sifat Allah antara ulama Salafiyyun dengan golongan Mu’tazilah, dan seterusnya.

Sebagai manhaj al-fikr, NU berpegang pada prinsip-prinsip Tawassuth (moderat), Tawazun (netral), Ta’adul (keseimbangan), dan Tasamuh (toleran). Moderat tercermin dalam pengambilan hukum (Istinbath) yaitu memperhatikan posisi akal di samping memperhatikan nash. Aswaja memberi titik porsi yang seimbang antara rujukan nash (Al-qur’an dan Al-Hadist) dengan penggunaan akal. Prinsip ini merujuk pada debat awal-awal Masehi antara golongan yang sangat menekankan akal (Mu’tazilah) dan golongan fatalis (Jabariyah).

Baca Juga :  Yuk, Maksimalkan Bakat dan Minat Anak Melalui Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Dalam pengimplemntasianya MI NU Banat sendiri terus berupaya menerapkan manhaj Al Fikir tersebut dalam binaan lingkuna sekolah yang nantinhya mampu merambah dalam lingkungan keluarga hingga ke masyarkat. Dalm praktiknya siswa diajarkan untuk melakukan amalan yang tentunya tidak melenceng dari al quran dan hadits. Kegaitan semacam tahlilan, dziba’an, manaqiban, bathul masa’il menajdi rutinitas yang di istqomahkan baik untuk peserta didik, guru, tenaga pendidikan bahkan oarng tua siswa. Sehingga harapanya mampu meningkatkan kualitas mutu baik dalam ranah akademik maupun moral kepribadian yang dilandaskan dengan ilmu agama yang tidak terlepas dengan manhaj ahlusunah waljaaah an-nahdiyah.[]

*Penulis adalah mahasiswi INISNU Temanggung, email : iisnarahmalia05@gmail.com

banner 300250