Banda Aceh, TERASMEDIA.NET – Mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK) yang tergabung ke dalam tim Functionaro memperkenalkan buah lokal Aceh, jamblang atau dalam bahasa Aceh disebut dengan ‘Boh Jambe Kleng’ ke Afrika.
Hal ini dilakukan saat mereka menjadi delegasi pada kompetisi HultPrize Impact Summit Accra 2021, secara daring dengan mengangkat buah jamblang sebagai salah satu produk hortikultura yang memiliki sejuta manfaat di dalamnya.
Kelompok ini diketuai oleh Permata Salsa Assyifa dari program studi (Teknologi Hasil Pertanian 2017), yang beranggotakan Fathurrahman Luthfi (Teknologi Hasil Pertanian 2017) dan Rachmat Fazil Isda (Manajemen 2017).
“Kami sadar bahwa pengolahan dan pemanfaatan buah jamblang di Aceh masih minim sekali. Padahal buah jamblang memiliki potensi yang sangat tinggi dan dapat berdampak kepada ekonomi masyarakat apabila dimanfaatkan dengan baik. Pada kompetisi HultPrize tahun ini kami memanfaatkan buah jamblang menjadi minuman serbuk instan dengan menggunakan edible film dari limbah kulit pisang sebagai kemasan ramah lingkungan,” kata Permata.
Functionaro terpilih menjadi delegasi setelah melalui kompetisi startup yaitu HultPrize Impact Summit, yang menerima lebih dari 100.000 startup dengan 250.000 lebih peserta dan diadakan di 121 negara dari seluruh dunia.
HultPrize Impact Summit adalah kompetisi internasional yang diadakan untuk bersaing, memecahkan masalah sosial yang mendesak, dengan mengembangkan usaha sosial yang berkelanjutan dan terukur.
Pada kompetisi tahun ini, yang dilaksanakan 17 April 2021 lalu, tema yang diangkat yaitu ‘Food for Good’ dengan mengubah makanan dari kebutuhan dasar untuk bertahan hidup, menjadi pembangunan berkelanjutan (SDGs) demi kesejahteraan dan kemakmuran manusia.
Functionaro memperkenalkan produknya di Afrika untuk mewakili USK dan menjadi satu-satunya peserta dari Asia dengan menciptakan startup yang memiliki model bisnis dalam mengembangkan dan memanfaatkan buah lokal di Indonesia.
Sejauh ini Functionaro telah menunjukkan promising growth dengan mengangkat potensi buah lokal untuk dapat lolos menjadi salah satu startup yang berpatisipasi dalam HultPrize Impact Summit 2021.
Permata mengatakan, buah jamblang memiliki potensi yang sangat besar apabila dapat diolah menjadi pangan fungsional, yaitu pangan yang apabila dikonsumsi memiliki efek kesehatan bagi tubuh. Hal ini karena ketersediaan buah jamblang di Aceh tersebar luas dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
Buah jamblang termasuk buah yang hanya tumbuh pada waktu tertentu antara awal atau akhir tahun. Sehingga buah jamblang hanya dapat dipanen 1-2 kali dalam setahun, hal ini menyebabkan minimnya pembudidayaan dan pengetahuan masyarakat akan buah berwarna ungu kehitaman ini.
Padahal, katanya lagi, buah jamblang mengandung sumber antioksidan alami yang berfungsi mencegah kerusakan oleh radikal bebas. Radikal bebas dapat mengakibatkan gangguan pada kesehatan hingga penyakit berbahaya yang mematikan.
Meski tidak terlalu dikenal, buah jamblang memiliki kandungan nutrisi yang banyak didalamnya seperti serat 0,9 gr; protein 0,5 gr; karbohidrat 18,2 gr; lemak 0,6 gr; dan vitamin 0,1 gr.
“Pada eksperimen ini, Functionaro berhasil menciptakan dua produk yaitu minuman serbuk instan dan kemasan edible film dari limbah kulit pisang. Edible film merupakan salah satu alternatif kemasan ramah lingkungan yang digunakan untuk mengurangi penggunaan single use plastic pada produk pangan.
Selain itu edible film dapat dimakan serta dapat larut dalam air panas. Kemasan tersebut berfungsi untuk mengambat transfer massa seperti kelembaban, oksigen, lipida, dan zat terlarut lainnya. Produk ini dapat larut ke dalam air panas dan tidak menghasilkan sisa limbah yang dihasilkan,” bebernya.
Pada proses pembuatan, buah jamblang yang sudah matang diambil daging buahnya dengan memisahkan bijinya. Daging buah jamblang dibersihkan dan digiling untuk diambil sari buahnya.
Sari buah tersebut selanjutnya disaring dan dikeringkan hingga menjadi serbuk. Setelah serbuk buah jamblang selesai, selanjutnya kemasan edible film dari limbah kulit pisang dibentuk dan dicetak. Limbah kulit pisang dibersihkan terlebih dahulu dan diekstrak untuk memperoleh kandungan pektin yang ada didalamnya.
Dalam memperoleh pektin, kulit pisang yang sudah diiris sebelumnya diendapkan lalu disaring. Kemudian pektin ditambahkan dengan tapioka ke dalam larutan dan dipanaskan untuk memperbaiki sifat mekanis dari edible film yang dihasilkan. Larutan tersebut dituangkan ke dalam cetakan kaca lalu dikeringkan ke dalam oven hingga membentuk lapisan tipis yang kering.
Lapisan tipis yang kering tersebut selanjutnya dilepaskan dari cetakan kaca. Serbuk buah jamblang yang sudah diperoleh sebelumnya dimasukkan ke dalam lapisan tipis tersebut hingga tertutupi seluruhnya.
“Alhamdulillah dari beberapa eksperimen yang kami lakukan, kami berhasil menciptakan minuman serbuk instan dari buah jamblang dengan menggunakan kemasan ramah lingkungan. Produk ini juga sudah diuji cobakan ke teman-teman kami dengan hampir seluruhnya menyukai minuman buah jamblang yang kami ciptakan ini. Saat diuji coba, beberapa teman kami sangat tertarik bahkan terkejut bahwa buah jamblang yang selama ini biasanya hanya dimakan langsung, rupanya dapat diolah menjadi produk yang lebih baik,” ujar mahasiswi THP ini.
Untuk ke depannya, Functionaro ingin mengangkat dan mengembangkan potensi buah lokal khususnya yang ada di Aceh hingga seluruh Indonesia menjadi produk pangan fungsional. Mereka berharap produk ini dapat diterima baik oleh masyarakat umum khususnya generasi milenial.
Selain itu, dengan kreativitas yang mereka lakukan tersebut semoga dapat menjadi inspirasi bagi orang lain untuk menghasilkan produk pangan dari kekayaan sumber daya alam daerah masing-masing.
“Dengan mengangkat buah jamblang sebagai salah satu komoditi potensial yang ada di Aceh, kami berharap agar buah lokal di seluruh Indonesia dapat diolah menjadi sesuatu produk yang bernilai ekonomis. Selain itu, kemasan edible film yang kami gunakan semoga dapat menigkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan di sekitar mereka,” pungkas Permata. [] unsyiah.ac.id