Manfaat Tradisi Perang Ketupat di Bangka Belitung

Dalam sejarahnya, di zaman dahulu di Desa Tempilang, Kabupaten Bangka,Bangka Belitung terjadi suatu kejadian yang dimana banyak anak gadis di desa tempilang yang diambil dan dimakan oleh siluman buaya. sehingga warga desa Tempilang saat itu sangat merasa ketakutan, sehingga para warga desa Tempilang berinisiatif untuk mengadakan ritual bersama- sama untuk mencegah agar terhindar dari hal-hal buruk. dan disebutlah oleh warga desa Tempilang dengan Tradisi “Perang Ketupat”.

Tradisi ini dilaksanakan seminggu sebelum memasuki bulan ramadhan,tujuan dari Perang ketupat ini yaitu untuk meminta keselamatan agar kehidupan mereka 1 tahun kedepan terhindar dari mara bahaya dan menimpa warga desa setempat. Tradisi perang ketupat diaman para peserta saling melempar ketupat sebagai senjata dalam perang, ketupat diambil dari rumah warga setempat ketupat yang diambil dari rumah warga berjumlah 5 ketupat per rumah.

Baca Juga :  Cagar Budaya Bukit Kerang di Aceh Tamiang Berusia 4.000 Tahun

Menurut sejarah perang ketupat bermula pada tahun 1883,hal ini berarti tradisi perang ketupat sudah berlangsung selama 139 tahun, perang ketupat ini pertama kali terjadi di benteng kota yang dimana dilakukan oleh kepala suku atau yang sering di sebut dengan dukun kampung yang bernama dimar (akek aren). Di benteng kota yang menjadi lokasi pertama diadakan perang ketupat, akan tetapi seiring nya waktu perang ketupat berpindah ke wilayah air lintang yaitu bertepatan di pantai pasir kuning.

Tradisi perang ketupat ini biasanya diiringi dengan acara ritual taber kampong,taber kampong hanya ada pada saat pesta perang ketupat saja.tujuan diadakan ritual taber kampong ini adalaha yaitu untuk memeperingati peristiwa penyerangan lanon atau musuh bajak laut.ritual taber ini juga diadakan setiap tahun yaitu pada saat perang ketupat ini untuk menyelamatkan masyarakat setempat dan membuang sial dan meminta permohonan kepada allah swt.

Baca Juga :  Ini 18 Nama Pejabat di Lingkungan Pemkab Aceh Tamiang yang Baru Dilantik

Dalam acara perang ketupat warga setempat biasanya mengadakan nganggung dimalam hari dan dipagi hari juga.dalam ritual taber kampong tersebut ada pantangan yaitu 7 hari setelah ritual taber kampong,yaitu tidak boleh pergi ke pantai dan juga tidak boleh menjemur pakaian didepan rumah dan juga tidak boleh mencuci baju di sungai atau danau buatan manusia.prosesi perang ketupat ini diiringi dengan tarian seperti tari seimbang,tari campak,tari kedidi dan musik gambus untuk menyambut tamu yang datang ke acara pesta adat perang ketupat.

Jadi setelah dilihat dari asal mula Tradisi Perang Ketupat di Desa Tempilang ini Maka Terdapat Manfaat dari Tradisi ini yaitu : 1) Untuk meminta keselamatan agar kehidupan mereka 1 tahun kedepan terhindar dari mara bahaya dan hal-hal buruk; 2) Mempererat Silahtuhrami dan Menanamkan nilai Persatuan, Kesatuan, dan Kesadaran; 3) Menjaga Budaya Adat istiadat agar tidak hilang seiring zaman; 4) Menjadi Daya tarik wisatawan luar dan; 5) Menjadi Sektor pendukung Pariwisata Di Bangka Belitung.[]*

Baca Juga :  Cyberbullying di Era Digital

Pengirim :
Dina Salsabila Az Zahra, mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung, email : dinasalsabila54@gmail.com

banner 300250