Mengapresiasi Kembali Tari Beripat Beregong

Kebudayaan merupakan aspek seni, bahasa, agama, adat istiadat, serta teknologi yang perkembangan yang dimiliki bersama oleh suatu kelompok atau masyarakat dan diturunka dari generasi ke generasi berikutnya. Di Indonesia sendiri bermacam keragaman kebudayaan dan kesenian yang sudah tidak asing lagi dan sudah banyak juga kebudayaan Indonesia dikenal dinegara- negara tetangga. Salah satu daerah kepulauan yang menarik dan memiliki cerita yang unik tentang kebudayaan di Indonesia yaitu berasal dari ‘Kepulauan Bangka Belitung’.

 

Berbicara tentang kebudayaan dan kesenian, Bangka Belitung merupakan salah satu pulau yang memiliki banyak kisah kesenian, kebudayaan bahkan legenda yang sangat menarik untuk dikembangkan dan dilestarikan. Salah satu kebudayaan di pulau Belitung yang masih bertahan sampai saat ini adalah tari tradisional. Salah satu tari tradisional yang tertua di pulau Belitung yang ada di kecamtan Badau yang sering disebut dengan “Tari Beripat Beregong”.

 

Tari beripat beregong terjadi karena adanya dua lelaki dikarena terlibat saling adu pukulan dengan rotan dan dada terbuka atau tidak menggunakan pakaian atasan. Kulit punggung keduanya sudah dipenuhi bercak/garis kemerahan, tetapi tidak terlihat jika mereka merasakan sakit. Tapi sesekali mereka terkena pukulan rotan terlihat kesakitan atau meringis, bahkan hingga terjatuh, tetapi mereka kembali bangkit dan melakukan perlawanan.itu lah yang dinamakan dengan tari beripat beregong. Beripat beregong bila diartikan kedalam Bahasa Indonesia Ripat berarti memukul, dan gong adalah alat musik pengiring tarian. Beripat juga bisa dikatakan sebagai olahraga bela diri tradisional dari pulau Belitung.

Baca Juga :  Melihat Sisi Hukum Perusahaan di Era Sekarang: Beradaptasi atau Tertinggal?

 

Pada zaman dahulu, kesenian beripat beregong selalu mengandalkan ketangkasan dan ilmu yang dimiliki masing-masing pemain. Ilmu disini berartikan sesuatu hal yang gaib, yang hanya dimiliki oleh beberapa orang yang telah melalui beberapa proses hingga mereka mendapatkan ilmu tersebut. Namun pada zaman sekarang, kesenian beripat beregong tidak banyak yang menggunakan ilmu, tapi masih ada beberapa orang yang menggunakan ilmu tersebut dalam pagelaran kesenian beripat beregong. Luka bekas pukulan yang terlihat dari pertandingan diberi penawar air jampi oleh dukun kampung di arena pertarungan. hal ini dilakukan agar bisa mengurangi rasa sakit pada saat pertarungan berlangsung.

 

Kesenian beripat beregong baru bisa dimulai bila sudah ada aba-aba dari juru pisah yang telah siap dengan tongkatnya untuk menghentikan pemain. Kedua pemain saling bersalaman dan berkata,” kitene cuman bemain ajak, usa de jadiek dendam kelak’e”( kita ini hanya sekedar bermain, jangan jadi dendam dikemudian hari), lalu lawan menimpali perkataan penantang,”sidakla nok ngempok duluk”( saudarahlah yang memukul duluan). Jika sudah terjadi tanyak jawab seperti ini,inilah yang disebut” bela-laan”, yang artinya masing-masing pemain sudah siap bertarung. Biasanya beripat beregong ini dijadikan tempat untuk saling silahturahmi atar kampung atau bisa juga digunakan untuk acara- acara adat lainnya misalkan seperti maras taun, acara pernikahan dan acara festival kebudayaan.

Baca Juga :  Mahasiswa Peduli Lingkungan, Wujud nyata Kepedulian Pantai Pukan dalam Semarak Menyambut Ramadhan

 

Seni merupakan karya manusia dalam merefleksikan pengalam diri dalam kehidupan sosialnya dan seni bisa lahir dari latar belakang kepercayaan yang dianut. Pada intinya, seni menyangkut pada segala hal yang berhubungan dengan ekspresi hasrat keindahan manusia. Tiap kebudayaan memiliki ukuran tersendiri tentang seni, apresiasi seni tidak sama bagi setiap orang. Menurut Enskilopedia Malaysiana(1996:453),ialah satu istilah yang digunakan bagi sesuatu yang indah-indah pada pandangan pancainderamanusia sama ada melalui penglihatan atau pendengaran. Tari beripat beregong dianggap sebagai lambang atau simbol keragaman budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Selain itu, tari beripat juga bisa menjadi daya tarik wisata, yang menarik wisatawan untuk berkunjung ke pulau Belitung.

Baca Juga :  Rangkaian Pemeriksaan Medical Check Up Bagi Calon Mahasiswa

 

Oleh karena itu, Saya berharap agar tari beripat beregong dan seni tradisional lainnya dapat terus dikembangkan sehingga bisa diapresiasi oleh generasi mudah dan dunia internasional. Tari beripat beregong adalah salah satu keragaman budaya yang harus dijaga dan dilestarikan agar tidak hilang di tengah perkembangan zaman yang semakin modern. Kita sebagai generasi penerus bangsa boleh-boleh saja mengikuti perkembangan zaman modern tapi kita tidak boleh lupa pada adat istiadat negara kita . kita harus menjaga dan mengenalkan juga kalo kita juga mempunyai keragaman budaya yang sangat menarik untuk diperkenalkan di dunia.[]

 

Pengirim :

Irma Elista, Mahasiswi Akuntansi Universitas Bangka Belitung

banner 300250