Oleh : Abdullah, ST. M.Si*
Setiap organisasi dijalankan oleh beberapa orang dengan latar belakang yang berbeda misalnya pendidikan, pengalaman, pengetahuan, gagasan, perilaku dan sebagainya. Tentu perbedaan ini dapat menimbulkan konflik diantara sesama dalam berinterkasi melaksanakan tugas dan tanggungjawab masing-masing individu.
Sebenarnya konflik tidak jadi masalah jika sebatas perpedaan pendapat dan masih dalam koridor wajar, namun jika konflik terjadi berulang dan berkepanjangan akan mempengaruhi kinerja individu yang berakibat pada menurunnya kualitas pelayanan masyarakat yang di emban lembaga.
Menurut Wikipedia Indonesia, konflik merupakan suatu peristiwa atau fenomena sosial di mana terjadi pertentangan atau pertikaian baik antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, maupun kelompok dengan pemerintah. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
Munculnya beragam pendapat dalam mencari gagasan terbaik untuk diterapkan dalam berupaya meningkatkan performa lembaga menjadi hal yang wajar namun harus dikelola dengan baik agar tidak sampai menjadi konflik yang mengarah pada perpecahan. Mengelola konflik tidak hanya sebatas menyelesaikannya saat terjadi saja, namun perlu dipelajari dan diidentifikasi potensi sumber konflik yang mungkin timbul diantara individu.
Potensi konflik harus di identifikasi sejak dini dengan mempelajari pola hubungan dan komunikasi antar bidang atau individu yang mungkin beradu kepentingan atau berebut sumber daya yang terbatas. Seorang pimpinan tentu dapat melihat kondisi tersebut secara terang-benderang karena memiliki pengetahun dan wewenang untuk melaksanakan tugas tersebut.
Perbedaan pemahaman terhadap suatu aturan pada tingkat pelaksanaan menjadi salah satu sumber konflik karena satu pihak berposisi sebagai pelaksana aturan dan satu pihak lagi sebagai penerima implementasi aturan. Jika tidak dapat dikomunikasikan dengan baik maka dapat berpotensi konflik, perlu penjelasan yang komunikatif terhadap pelaksanaan aturan tersebut, bahkan bila perlu dihadirkan pihak yang berkompeten atau pihak atasan yang lebih tinggi untuk membantu mengkomunikasi teknis pelaksanaan aturan tersebut.
Pelaksanaan tupoksi juga dapat menimbulkan konflik bila ada individu yang melaksanakan tupoksi orang lain tanpa permintaan yang bersangkutan atau tanpa sengaja telah melaksanakan tupoksi individu yang lain, sehingga yang punya tupoksi tersinggung karena merasa dicampuri tupoksinya. Kondisi ini perlu diamati dan diingatkan pada setiap kesempatan oleh pimpinan kepada semua individu yang memiliki tugas dan fungsi masing-masing yang telah ditetapkan, menghargai tugas orang lain dan saling membatu atas dasar permintaan pimpinan atau yang bersangkutan.
Tanpa disadari, kekhawatiran yang berlebihan terhadap kemampuan orang lain dalam melaksanakan tugas menjadi penyebab terjadinya keadaan tersebut atau karena demi menjaga performa lembaga, padahal setiap individu sudah melewati proses perekrutan yang amat ketat sehingga lulus untuk melaksanakan tugas yang diembannya dengan keilmuan dan pengalaman yang sudah diuji. Mengatasi hal ini, pimpinan harus selalu hadir di tengah-tengah setiap individu dalam mengawal pelaksanaan tupoksi masing-masing sehingga tidak terjadi konflik.
Menjadi penting setiap individu menjaga dan melaksanakan tupoksinya dengan baik, penuh tanggungjawab dan menyampaikan kepada pihak lain secara baik dan komunikatif, tidak memaksa kehendak, suka membantu jika diminta dan saling mengingatkan.
Perlakuan yang tidak seimbang dalam melaksanakan aturan juga berpotensi sebagai sumber konflik yang harus dikelola dengan baik. Pengambilan kebijakan pada level pimpinan dapat menimbulkan pertentangan di tingkat bawah jika tidak diperhitungkan dengan matang, dan bisa menjurus ke konflik antar sesama bawahan. Memberikan pengertiaan dan pemahaman yang baik dan komunikatif sebelum kebijakan di ambil menjadi solusi menghindari terjadinya konflik pada pelaksanaan suatu kebijakan.
Berperasangka yang berlebihan terhadap individu lain dalam bekerja merupakan sikap yang dapat memicu terjadi konflik, maka mengklarifikasi menjadi penting bila mendapatkan informasi tidak langsung dari sumbernya sehingga informasi yang diperoleh menjadi terang-benderang dan menghapus prasangka yang mungkin sempat muncul ketika informasi awal diperoleh.
Pada dasarnya konflik ini terjadi karena sikap dan prilaku, maka setiap individu harus menanamkan dalam alam bawah sadar masing-masing, bahwa konflik yang mengarah pada perpecahan menjadi musuh bersama baik dalam berinteraksi, berkomunikasi, memberdayakan sumber daya yang terbatas, melaksanakan tupoksi, memberi masukan, melaksanakan gagasan dan lain sebagainya sehingga akan timbul suasana yang nyaman dalam bekerja, dan menghasilkan karya-karya terbaik dalam membangun bangsa.[]
*Penulis adalah Koordinator Sekretariat Panwaslih Kota Banda Aceh