Hallo para pembaca, kali ini saya akan menjelaskan bagaimana penanganan cidera pada sprain ankle atau biasa disebut kaki terkilir. Kaki terkilir ini sering sekali di alami oleh orang-orang yang memiliki aktivitas yang mengutamakan gerak pada kaki semisal pesepak bola, pemain basket atau bisa juga para pekerja kantor yang sering beraktifitas di luar ruangan. Yukk, Langsung saja kita simak.
Kaki merupakan salah satu anggota gerak yang dimiliki oleh manusia dan sering digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Apabila kaki mengalami gangguan fungsi maka akan menurunkan produktifitas seseorang dalam melakuan suatu aktivitas. Gangguan yang sering terjadi pada kaki adalah terkilir.
Tendon merupakan jaringan ikat yang menghubungkan otot menuju tulang. Strain dapat berupa peregangan kecil pada otot atau tendon atau mungkin menyebabkan cedera parsial atau dapat menyebabkan robekan pada otot dan tendon atau keduanya. Gejala khas dari cedera strain adalah nyeri, kelemahan otot, spasme otot, kekakuan otot, peradangan, dan pembengkakan. Pemain sepak bola, hockey, tinju, gulat dan olah raga yang dilakukan dengan kontak secara langsung memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami cedera strain.
Penyebab cedera strain sendiri yaitu mulai dari jatuh kesandung, gerakan secara tiba-tiba sehingga pada kondisi ini kaki belum siap menerima tumpuan dan hal ini tentu saja mengakibatkan gangguan pada kaki. Salah satu gangguan maupun cidera pada kaki adalah sprain ankle.
Cedera strain dapat disebabkan mekanisme cedera langsung maupun tidak langsung sehingga menyebabkan peregangan yang melebihi kemampuan otot atau tendon. Cedera langsung pada ankle strain dapat terjadi ketika kaki seseorang melompat dalam permainan bola basket atau bola voli, kondisi tersebut terjadi akibat gerakan inversi yang berlebih ketika ankle plantarfleksi.
Untuk penanganan pertama pada cedera ankle sebaiknya dilakukan pada tahap awal rehabilitasi atau tahap akut adalah dengan melakukan terapi RICE, yaitu Rest, Ice, Compression and Elevation pada anggota tubuh yang mengalami cedera karena terdapat pembengkakan dan nyeri pada saat setelah cedera.
Durasi pemberian terapi RICE pada 48 hingga 72 jam pasca trauma bertujuan untuk mengurangi pembengkakan, meredakan nyeri, dan mencegah terjadinya cedera lebih lanjut pada ankle. Teknik rest, ice, compression and elevation direkomendasikan untuk digunakan sebagai penanganan awal cedera sprain ankle.
Untuk modalitas atau intervensi fisioterapi yang dapat digunakan dalam penanganan sprain ankle antara lain ultrasound (US), TENS, infra red, dan terapi latihan.
Ultrasound (US)
Ultrasound adalah salah satu modalitas fisik yang paling banyak digunakan dalam pelayanan fisioterapi, ultrasound dapat menghasilkan efek thermal dan non thermal, penggunaan ultrasound dalam proses rehabilitasi memiliki sejumlah kegunaan termasuk pengobatan gangguan muskuloskletal seperti nyeri, cidera jaringan, dan kontraktur sendi.
TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation)
Merupakan salah satu alat yang sering digunakan oleh para Fisioterapis di Indonesia. TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik yang berguna untuk merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit yang telah terbukti efektif untuk menghilangkan nyeri. TENS mampu mengaktivasi baik serabut saraf berdiameter besar maupun berdiameter kecil yang akan menyampaikan berbagai informasi sensoris ke sistem saraf pusat. Efektivitas TENS dapat diterangkan lewat teori kontrol gerbang (gate control )nya Melzack dan Wall yang diaplikasikan dengan intensitas comfortable.
Infrared
Infrared adalah salah satu jenis terapi yang menggunakan gelombang elektromagnetik infra merah dengan karakteristik gelombang adalah panjang gelombang 770nm-106 nm, berada di antara spektrum gelombang cahaya yang dapat dilihat dengan gelombang microwave, dengan tujuan untuk pemanasan struktur muskuloskeletal yang terletak superfisial dengan daya penetrasi 0,8-1mm.
Terapi latihan
Terapi latihan merupakan suatu teknik fisioterapi untuk memulihkan dan meningkatkan kondisi otot dan tulang agar menjadi lebih baik, faktor penting yang berpengaruh pada terapi latihan adalah edukasi dan keterlibatan pasien secara aktif dalam rencana pengobatan yang telah terprogram. Pemberian terapi latihan baik secara aktif maupun pasif, baik menggunakan alat maupun tanpa menggunakan alat, dapat memberikan efek naiknya adaptasi pemulihan kekuatan tendon, ligament, serta dapat menambah kekuatan otot, sehingga dapat mempertahankan stabilitas sendi dan menambah luas gerak sendi, manfaat terapi latihan yang lain adalah untuk membantu pemulihan cidera seperti kontraksi otot,keseleo, pergeseran sendi, putus tendon dan patah tulang, supaya dapat beraktifitas kembali tanpa mengalami kesakitan dan kekakuan otot.
Itulah merupakan bagaimana penanganan pada sprain ankle, semoga bisa bermanfaat untuk semua. Tetap jaga kesehatan agar kita terhindar dari gangguan yang tidak kita inginkan.[]
Pengirim :
Danang Ikhwan Diansyah
Mahasiswa Fisioterapi Universitas Binawan – Jakarta
Email : danangikhwan11.did@gmail.com