Pentingnya Bimbingan Konseling Sejak Anak Usia Dini di RA Al-Muttaqin

Bimbingan dan konseling adalah proses bantuan yang diberikan oleh seorang ahli (konselor) kepada individu-individu untuk mengembangkan segenap potensi yang ada dalam dirinya secara optimal serta membantu individu yang mengalami masalah agar bisa menyelesaikan masalahnya secara mandiri dengan kemapuan yang dimiliki oleh dirinya sendiri (Sumarni & Sucipto, 2017) .

Perkembangan sosial emosional pada anak mempunyai peranan penting dalam hidup dan berkaitan dengan aturan tentang apa yang seharusnya dilakukan saat berinteraksi dengan orang lain. Menurut Izzaty, (2016) Bentuk dari perkembangan sosial anak dapat dilihat dari bagaimana mereka bergaul dengan teman sebaya.Namun tidak semua anak mampu mencapai tahap perkembangan sosial tersebut .

Ketika tahap perkembangan sosial pada anak usia dini tidak tercapai, maka akan mengakibatkan berbagai permasalahan,terkait munculnya perilaku yang tidak semestinya, sehingga mengganggu proses kegiatan pembelajaran.Salah satunya perilaku anak bermasalah yakni anak yang memiliki perilaku sulit diatur dan cenderung bersifat agresif terhadap teman sebayanya. Selain itu ada jugaanak yang pendiam dan susah bergaul. Tentunya anak-anak tersebut membutuhkan layananbimbingan konseling yang berbeda.

Anak dengan perilaku seperti diatas seringkali kita jumpai di sekolah-sekolahtermasuk di RA Al-Muttaqin . Melihat fenomena tersebut sudah semestinya setiap sekolah PAUD/TK mempunyai guru BK. Guna mencegah atau mengatasi terjadinya masalah-masalah yang dialami oleh anak usia dini.

Baca Juga :  Kolaborasi dengan BRIN, Dosen UIN Ar-Raniry Teliti Dayah

Agar masalah yang menimpa peserta didik dapat di cegah atau tidak terulang lagi maka diperlukan kerja sama yang baik dari pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat. Jika semua pihak dapat mencegah berbagai sumber penyebab munculnya masalah maka dapat di pastikan peserta didik akan terhindar dari masalah yang merugikannya. Beberapa usaha yang dapat di lakukan pihak sekolah kepada peserta didik agardapat terhindar dari maslah antara lain : 1) Menciptakan kondisi sekolah yang menyenangkan; 2) Menciptakan iklim belajar mengajar yang menyenangkan; 3)Menumbuhkan motivasi belajar yang kuat pada peserta didik; 4) Menyediakan alat dan fasilitas yang memadai; 5) Mengunakan media yang menarik dalam proses belajar mengajar

Di RA Al-Muttaqin terdapat dua siswa yang memerlukan bimbingan konseling secara lebih mendalam yaitu pada anak yang memiliki sikap agresif serta anak pendiam. Secara lebih rinci dijabarkan sebagai berikut:
Si A merupakan seorang anak yang memiliki perilaku agresif. Perilaku agresif yang ditunjukkan Si A yaitu dengan memukul teman-temannya secara sengaja bahkan tanpa sebab yang jelas. Selain itu Si A juga selalu ingin menang sendiri, suka membuat keributan dikelas sehingga kurang memperhatikan guru pada saat menjelasankan materi yang di sampaikan dan sulit berkonsentrasi.

Baca Juga :  Gadget Surga Anak Usia Dini

Si A selama ini dibesarkan oleh seorang ibu tunggal, sehingga apapun yang dimintanya selalu dituruti. Meskipun semua keinginan dituruti tetap saja Si A masih membutuhkan kasih sayang seorang ayah yang berpengaruh terhadap kematangan emosinya. Selain itu ketika dirumah bersama neneknya, sehingga Si A sering dikunci oleh neneknya dikamar sendirian, Hal inilah yang semakin memicu sikap agresif Si A ketika di lingkungan luar rumahnya. Seandainya anak ini tidak segera diatasi, akibatnya hingga dewasa nanti Anak ini akan sering bersikap kasar kepada siapapun, suka bersikap semaunya. Bahkan dapat menjadi seorang profokator yang membuat keributan terus menerus.

Layanan bimbingan konseling yang diterapkan pada Si A untuk mengatasi permasalahannya yaitu menggunakan layanan pembelajaran serta dilakukan secara individual. Selain itu upaya mengatasi masalah perilaku agresif juga menggunakan model konseling behavioral (Arifah & Widyastuti, 2018), dengan tahapan sebagai berikut:

Baca Juga :  Kenali Penggunaan Kosmetik Pemutih yang Mengandung Merkuri

Pertama, anak dibiasakan untuk bersikap baik dengan cara dijanjikan sebuah hadiah, jika ia bersedia berhenti bersikap kasar, memukul teman, bertindak semaunya dan bersikap lemah lembut kepada teman, guru dan orang tua, maka ia berhak menerima hadiah yang dijanjikan. Namun Jika masih tetap tidak mau, maka melakukan negosiasi secara halus dengan peserta didik asalkan mau mengubah perilakunya.

Kedua: belajar meniru. Pada tahap ini Si A diberikan contoh bagaimana cara bersikap lemah lembut kemudian memintanya untuk mempraktikkannya.Tentu saja kegiatan ini dapat dilakukan dengan bermain bersama teman-temannya. Ketika Si A telah menunjukkan perubahan perilaku baru dari hasil mencontoh perilaku yang lemah lembut, maka guru memberikan respons terbaik agar perilaku tersebut bertahan dan dilakukan terus menerus.

Ketiga: belajar kognitif: Pada tahap ini guru memberikan kebebasan kepada anak usia dini untuk merespons stimulasi dari lingkungan sosialnya untuk dipelihara menjadi kebiasaan. Dalam tahapan ini guru harus tetap mengawasi dan mendampingi peserta didik agar terhindar dari perilaku yang salah lagi.[]

Pengirim :
Refi Putri Azizah, mahasiswi Prodi PIAUD, INISNU Temanggung

banner 300250