Petani Tembakau Aceh Besar Produksi Rokok Hawa Bakoeng Aceh

Aceh Besar, TERASMEDIA.NET – Para petani tembakau yang tergabung dalam Kelompok Sepakat Cang Bakoeng Kuta Cot Glie, Aceh Besar mulai menggagas untuk memproduksi rokok dengan merk HABA (Hawa Bakoeng Aceh).

Proses produksinya sendiri sudah berjalan selama satu bulan terakhir yang dilakukan secara manual, dan saat ini sedang dalam tahap pengurusan cukai agar dapat dipasarkan ke luar Aceh.

Hal ini disampaikan Sekretaris Kelompok Sepakat Cang Bakoeng Kuta Cot Glie, Aceh Besar, Amiruddin kepada Serambinews.com, Minggu (9/1/2021). “Ini inisiatif dari kelompok saya yang tergabung dalam Sepakat Cang Bakoeng.

Kami menggagasnya dan sekarang sudah mulai produksi rokok merk HABA singkatan dari Hawa Bakoeng Aceh.

Baru satu bulan kita membuat rokok, dan sudah kita ikutkan pameran UKM di Jantho beberapa waktu lalu, dan mendapat respon yang Alhamdulillah bagus dari Pak Bupati Aceh Besar.

Baca Juga :  FAKSI Desak Pengeboran Minyak Rakyat di Ranto Peureulak Dilegalkan

Sekarang kita lagi urus cukainya. Sasaran kita agar tembakau ini harganya bisa bergerak dan ada daya tambahnya juga,” papar Amiruddin.

Ia menambahkan tembakau merupakan tanaman yang sudah ditanam dari nenek moyang dulu. Ini merupakan prospek pertanian nomor satu di daerah tersebut.

Ada empat kabupaten yang menjadi pasar dari tanaman tembakau ini, yaitu Aceh Besar, Meulaboh, Banda Aceh dan Sabang.

“Setelah panen, dibungkus dan kita jual ke tengkulak, yang kemudian disalurkan ke kabupaten-kabupaten tersebut sesuai kebutuhan.

Kalau dulu kita jual bahan bakunya, yaitu per bungkus tembakau, kalau sekarang kita jual rokok per bungkus,” sebutnya.

Ia menyebutkan rokok yang diproduksi tersebut sasarannya adalah perokok milenial, dan terbagi dalam variasi keras, sedang dan bawah.

Baca Juga :  DPRK Aceh Tamiang Gelar Rapat Paripurna Penetapan Calon Terpilih Anggota Panwaslih 2024

Pihaknya sudah melakukan survei selama satu tahun terakhir yaitu sekitar 30 persen perokok menghisap tembakau dengan variasi keras, yang juga diminati oleh golongan tua.

Sementara 70 persen lagi perokok lebih menyukai yang rasanya enak, harum dan wangi. Ini merupakan kelompok milenial atau pemuda.

“Ini generasi kan sudah berganti, kita harus tampung yang 70 persen perokok ini. Kita terima aspirasi mereka, mereka maunya yang lebih enak, harum dan wangi,” ujarnya.

Untuk menghasilkan rokok yang rasanya lebih enak, harum dan wangi. Amiruddin mengatakan, pupuk yang digunakan kombinasi antara pupuk buatan (pabrik) dengan kompos yang merupakan kotoran hewan sebanyak 60 persen. Kemudian dicampur magnesium sebanyak 20 persen.

Selanjutnya, abu sekam, sampah-sampah organik, dan rumah tangga yang dikumpulkan dan diracik untuk difermentasi. “Apabila hanya menggunakan pupuk organik maka hasilnya 60 persen tembakau itu mabuk.

Baca Juga :  Air Terjun Kembar, Wisata ini tidak Boleh Terlewatkan di Aceh Tamiang

Tapi kalau kita berikan pupuknya berimbang ada NPK, kompos itu bisa menciptakan rasa yang harum. Artinya dikombinasi antara pupuk pabrik dan kompos,” paparnya.

Ia melanjutkan, peluang ini cukup bagus bagi petani tembakau. Sebab ketika belum produksi rokok saja, prospek untuk tanaman tembakau ini saja sudah cukup bagus.

Selain itu juga tidak seluruhnya menanam tembakau di Aceh Besar, hanya ada empat kecamatan yang menanam tembakau dan ratusan kecamatan yang mengkonsumsi tembakau. Maka prospek kedepannya bagus.

“Keempat kecamatan itu adalah Kuta Cot Glie, Montasik, Seulimum, dan Indrapuri yang menghasilkan tembakau Aceh. Kemudian Lembah Seulawah dan Krueng Raya juga sudah mulai menanam tembakau,” sebutnya. []

Sumber : serambinews.com

banner 300250