Polemik Calistung pada Anak Usia Dini

Oleh : Nanik Dwiyanti*

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk upaya untuk menyelenggarakan pendidikan yang bertujuan untuk menitik beratkan ke arah pertumbuhan dan perkembangan anak, aspek-aspek perkembangan anak ada enam, yaitu perkembangan fisik motorik, perkembangan moral dan agama, perkembangan sosial emosional, perkembangan bahasa, perkembangan seni, dan yang terakhir perkembangan kognitif (kecerdasan).Berdasarkan uraian diatas dapat digaris bawahi bahwa PAUD ini bertujuan untuk mengawal pertumbuhan dan perkembangan anak agar dapat berjalan secara seimbang.

“Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Terkhusus lagi pasal 1 butir 14, didalamnya disebutkan bahwa PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan untuk anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pengasuhan, perkembangan anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.”

Anak Usia Dini adalah anak yang banyak memiliki berbagai macam karakteristik yang unik dan khas. Dimana pada masa ini anak memiliki beraneka macam fantasi. Yang mana dimasa ini anak belajar mengaktifkan kelima pancainderanya untuk memahami segala sesuatu. Pada masa ini anak banyak memiliki keingintahuan akan sesuatu hal dan mencoba sesuatu hal yang baru saja ia temui sangat besar.

Disamping memiliki rasa keingintahuan yang besar, anak-anak juga memiliki daya ingat yang luar biasa cepat untuk menyerap pembelajaran yang sudah ia dapatkan, dengan daya ingat anak yang luar biasa cepat inilah dan dengan berbagai macam tuntutan dari pihak-pihak sekolah SD ataupun sekolah MI unggulan apabila anak sudah lulus TK dan mau masuk SD ataupun MI harus sudah bisa Membaca, Menulis dan Berhitung atau bisa dikenal dengan istilah calistung,karena tuntutan inilah yang membuat kegelisahan kebanyakan orang tua, mereka takut anaknya ketika lulus TK belum bisa calistung yang menyebabkan anaknya tidak akan diterima di sekolah-sekolah unggulan (favorit), karena tuntutan inilah kebanyakan dari orang tua mereka hanya mementingkan aspek kognitif anak saja, sehingga orang tua mereka menuntut para guru TK untuk mengajarkan calistung bahkan ada juga dari orang tua mereka yang sengaja mendatangkan ke rumah guru privat (guru les) calistung untuk anaknya, karena tuntutan dari berbagai keadaan inilah yang mengharuskan para guru TK memukul rata semua anak untuk bisa calistung sebelum mereka masuk ke SD ataupun MI.

Baca Juga :  Ilmu Fikih Sebuah Ilmu Kompleks Dalam Islam

Sementara untuk Anak Usia Dini calistung dianggap suatu kegiatan yang sangat membebankan otak anak karena kegiatan ini sangat memerlukan cara berpikir yang terstruktur. Di samping itu aktivitas mengajarkan anak-anak TK calistung pun sampai sekarang masih banyak pro dan kontra yang beredar di masyarakat, masing-masing dari mereka memiliki alasan yang kuat untuk setuju dan menolak pengenalan calistung.

Bagi mereka yang tidak setuju dengan adanya pengenalan calistung di kalangan anak usia dini, mereka lebih banyak di pengaruhi oleh teori Jean Piaget yang mengatakan bahwa anak-anak yang berusia dibawah usia 7 tahun tidak boleh diajakan calistung.karena pada usia ini anak belum mencapai pada fase oprasional konkrit, sehingga ditakutkan jika diajarkan calistung untuk anak-anak itu akan membebani otak anak sehingga dampaknya anak akan mengalami kebosanan dalam belajar.

Baca Juga :  Konsep Perkembangan pada Anak Usia Dini

Dimana yang dimaksud dengan pada masa fase operasional konkrit adalah pada masa ini anak sudah mulai bisa berpikir terstruktur. Menurut Jean Piaget juga anak yang berada pada tahap pra-operasioal mereka juga belum bisa melakukan operasi, disini yang dimaksud operasi adalah representasi mental yang dibalik-balik, seperti halnya mungkin anak tau jika 4+2 hasilnya adalah 6, tetapi mungkin anak tidak tau jika 6-2 hasilnya adalah 4.

Bagi mereka yang setuju untuk guru mengenalkan calistung untuk anak usia dini didasari ketakutan anaknya ketika lulus RA belum bisa calistung,itu membuat kegelisahan dikalangan orang tua yang takut anaknya tidak akan di terima di sekolah-sekolah SD atau MI unggulan yang mengharuskan anak sudah bisa calistun,dan juga mereka beranggapan bahwa otak anak-anak sangat cepat menyerap pembelajaran yang diberikan, karena inilah orang tua menginginkan anaknya sesudah bahkan sebelum lulus TK sudah bisa calistung.

Baca Juga :  Bunda PAUD Aceh Imbau Segera Terapkan Penguatan Program Transisi PAUD/RA ke SD/MI

Masa kehidupan anak-anak yang merupakan periode sensitif ataupun periode kritis inilah dimana kualitas perangsangan perkembangan harus benar benar diatur sebaik mungkin, tentunya sangat memerlukan intervensi yang baik dari orang tua ataupun guru agar bisa menjaga serta meningkatkan potensi yang dimiliki anak, hal ini harus dilakukan orangtua ataupun guru semenjak anak berusia dini. Anak-anak adalah merupakan pribadi yang selalu siap terus-menerus untuk belajar sepanjang kita sebagai orang tua ataupun guru selalu memberikan kesempatan yang tepat untuknya.

Mengingat pentingnya pengenalan calistung dikalangan anak-anak maka membutuhkan dukungan dari orang tua dan pendidik untuk memperhatikan calistung untuk anak, seperti mengenalkan calistung untuk anak dengan cara ataupun metode yang asyik, tidak membuat anak bosan dan tertekan.Anak-anak seharusnya tidak dipaksa dan terus-terusan ditekan untuk belajar terlalu lama bahkan berjam-jam, pada masa ini seharusnya guru memberikan pembelajaran yang dilakukan sambil bermain, karena cara yang diajarkan dengan bermain ini akan menghilangkan kekhawatiran bahwa anak akan terbebani otaknya, anak akan mengalami kebosanan yang pada akhirnya akan membuat anak membenci aktivitas belajar. []

*Penulis adalah Mahasiswi Prodi PIAUD INISNU Temanggung – Jawa Tengah, Email : dwiyantinanik434@gmail.com

banner 300250