Stunting dapat menjadi ancaman besar bagi tumbuh kembang anak di Indonesia, bagaimana pun juga tiga puluh tahun mendatang yang duduk di bangku pemerintah adalah anak anak yang tumbuh sekarang, Stunting merupakan sebutan bagi gangguan pertumbuhan pada anak, penyebab utamanya adalah kurangnya asupan nutrisi selama masa pertumbuhan anak, dampaknya dapat menghambat tumbuh kembang seorang anak, dapat membuat anak lebih rentan terhadap penyakit tidak menular saat dewasa nanti, dapat membuat anak cenderung sulit mengingat, menyelesaikan masalah, dan tersendat dalam aktivitas yang melibatkan kegiatan mental atau otak.
Stunting dapat disebabkan banyak faktor, diantaranya kurangnya gizi baik yang menjadi asupan untuk anak, hal ini dapat berdampak buruk untuk masa depan anak, kesehatannya yang terganggu dapat mengganggu aktivitasnya di sekolah saat belajar, penyebab faktor stunting selain kurangnya gizi adalah salahnya parenting yang dilakukan oleh orang tua saat mengasuh anak yang dapat mengakibatkan lambatnya tumbuh kembang anak, pada dasarnya dibutuhkan pola asah, asih dan asuh dalam pengasuhan agar anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik, selain itu kurangnya vitamin dan kurangnya pengecekan kesehatan pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko stunting bagi anak yang baru saja dilahirkan.
Stunting sangat berkaitan dengan kemiskinan, kurang terpenuhinya gizi seimbang yang dibutuhkan anak menyebabkan stunting terus meningkat dari tahun ke tahun, hal ini juga disebabkan minimnya pengetahuan orang tua dalam memberikan asupan yang cukup untuk anak, contohnya seperti pengetahuan mengenai pentingnya inisiasi menyusui dini (IMD) padahal IMD menjadi langkah terbaik dalam memberikan gizi pada anak, oleh karena itu dibutuhkan program yang dapat mengurangi berkembangnya stunting di Indonesia.
Makanan sehat yang diinisiasikan pemerintah untukPos Pelayanan Kesehatan Terpadu (POSYANDU) yang ada di Indonesia untuk mencegah stunting menggunakan uang belanja pemerintah saat itu, sangat disayangkan pada kenyataannya masih banyak POSYANDU yang memberikan makanan justru yang tidak bergizi atau bahkan tidak ada nilai gizi sama sekali, hal ini sangat bertentangan dengan tujuan dari pemerintah untuk mengurangi jumlah stunting di Indonesia, oleh karena itu diperlukan juga koordinasi dan komunikasi yang intens baik antar pemerintah dengan POSYANDU atau antar pemerintah dengan stakeholder lainnya.
Mengutip dari Portal Informasi Indonesia Jumlah anggaran belanja pemerintah untuk mendukung percepatan penurunan stunting yaitu sebesar Rp 34,15 triliun pada 2022 dan Rp30,4 triliun pada 2023. Dana tersebut dialokasikan untuk berbagai bidang mulai dari pendidikan sampai kesehatan, dikarenakan salah satu faktor dari stunting adalah kurangnya gizi seimbang bagi anak, mengingat juga stunting sangat berkaitan dengan kemiskinan dan juga banyak dialami masyarakat kalangan menengah ke bawah, oleh karena itu program sayur gratis dapat menjadi program pemerintah untuk mencegah stunting di Indonesia, melalui program sayur gratis
pemerintah dapat memastikan ibu hamil untuk mendapatkan gizi yang seimbang saat kehamilan, dan juga membantu para ibu untuk memberikan asupan gizi yang seimbang untuk anak.
Program sayur gratis bagi masyarakat indonesia dapat membantu masyarakat untuk mendapatkan gizi yang seimbang, seperti karbohidrat, protein serta serat yang lengkap terutama untuk 1000 hari pertama tumbuh kembang anak, dimana pada saat itu otak anak dapat membuat ribuan sambungan saraf baru setiap detik, pada masa ini otak anak akan lebih sibuk dua kali lipat dari orang dewasa, oleh karena itu pemaksimalan gizi untuk anak sangat penting untuk tumbuh kembang anak.
Program sayur gratis ini bukan hanya membantu pencegahan stunting, dengan bekerjasama dengan petani lokal, pemerintahan juga dapat memberikan peluang pekerjaan bagi para petani, sehingga para petani lokal juga merasakan keuntunganya. Melalui pendistribusian yang merata, bekerjasama dengan Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu (POSYANDU) dan juga mendahulukan daerah-daerah yang memiliki potensi stunting tinggi, program ini dapat berjalan dengan baik, tentunya jika tanpa “permainan angka” didalamnya.
Program ini juga harus didampingi dengan sosialisasi gizi sehat untuk para ibu, sehingga sayur yang diberikan dapat dibuat dengan porsi yang cukup dan juga tanpa bahan yang berkompetensi merusak gizi dari sayur tersebut, dan juga mensosialisasikan kepada para orang tua bahwa pada dasarnya parenting atau pola pengasuhan terhadap anak, dengan penerapan metode asah, asih dan asuh serta menggunakan parenting modern para orangtua juga dapat ikut andil dalam pencegahan stunting di Indonesia.
Melalui program sayur gratis menggunakan dana dari anggaran belanja pemerintah untuk menurunkan stunting dan juga sosialisasi terhadap para orangtua mengenai gizi seimbang dan juga pola asuh yang baik, tidak ada yang mustahil stunting di Indonesia akan menurun dan tentu saja generasi muda akan bertumbuh dengan kesehatan dan kecerdasan sehingga dapat melanjutkan estafet kepemimpinan di masa depan.[]
Pengirim :
Fatimah Azzahra Citra Adila, Mahasiswi Sekolah Vokasi IPB University Program Studi Komunikasi Digital dan media, email : fatimahcitra05@gmail.com