Oleh : Heni Indri Rahayu*
Sekarang ini, banyak sekali remaja di bawah umur sudah merokok. Bukan tanpa sebab remaja sekarang banyak yang merokok. Beberapa faktornya, yang pertama yaitu dari kepribadian anak itu sendiri. Mengapa demikian? Sebab ketika kondisi mental seorang remaja memburuk. Ia akan mencari ketenangan, salah satunya dengan mengonsumsi rokok. Pandangan ini didukung oleh Atkinson (1999) yang menyatakan bahwa orang yang mendapat nilai tinggi dalam berbagai tes kesesuaian sosial lebih mungkin menjadi perokok dibanding mereka yang mendapatkan nilai rendah. Kedua, orang tua sendiri sering memberikan contoh buruk dengan merokok di depan anak.
Faktor lain penyebab remaja sekarang merokok adalah dari teman sebayanya. Bisa juga dikaitkan dengan lingkungan sosialnya dalam kehidupannya di masyarakat. Ada dua kemungkinan jika remaja tersebut merokok karena tergiur melihat temannya merokok serta lingkup sosial remaja itu sendiri yang memang kurang baik. Dan yang terakhir, karena faktor iklan. Seringkali, kita melihat iklan di media massa dan elektronik yang menggambarkan seorang yang merokok sebagai simbol kejantanan dan pesona, sehingga menyebabkan remaja berusaha meniru gaya pengiklan. Seperti yang dikutip Leventhal dan Clearly, seseorang akan berperilaku merokok ketika sebelumnya ia telah mempunyai persepsi tertentu tentang rokok.
Ada sebab, ada akibat. Ketika merokok sudah menjadi kebiasaan remaja, sejak usia mereka bahkan masih belasan tahun, terlalu banyak resiko yang harus dihadapi. Lambat laun, kesehatan fisik akan terlihat ketika rokok sudah menguasai tubuh penggunanya. Buka hanya kesehatan fisik saja, namun juga organ dalam kita beresiko terkena racun/bahan-bahan kimia yang ada di rokok. Hampir semua orang yang merokok dalam jumlah banyak menderita penyakit jantung. Para ahli media memeriksa sekitar 1.346 jaringan tubuh di berbagai mayat manusia. Mereka menemukan dinding pembuluh darah membengkak secara signifikan dan kantung udara di paru-paru rusak. Fakta ini ditemukan pada tubuh manusia yang rutin merokok sepanjang hidupnya.
Selain penyakit jantung, penyakit yang disebabkan oleh rokok antara lain penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). 15% perokok menderita PPOK, penurunan pada Forced Expiratory Volume in Second (FEV1), yang berarti volume udara yang diekspirasi dalam 1 detik sudah mengalami penurunan. Merokok menyebabkan sel-sel mukosa dalam tubuh membesar dan kelenjar lendir bertambah, serta saluran pernafasan pada perokok aktif sering kali meradang dan mengalami penyempitan.
Selain itu, rokok menyebabkan gigi menguning, dan karies gigi. karena rokok dapat menurunkan fungsi saliva yang berperan memproteksi gigi. hal ini bisa menyebabkan kehilangan gigi bagi perokok aktif dan mengganggu kepercayaan diri. Penyakit lain akibat merokok yang lebih parah seperti, kanker mulut dan kerongkongan. Kita tentunya sudah pernah melihat gambar leher yang berlubang di kemasan rokok, itu adalah contoh dari kanker kerongkongan. ampas tar, kandungan yang ada di dalam rokok dapat tertimbun si sel-sel tubuh yang awalnya normal, menjadi sel kanker dan mengikis lapisan lendir di mulut dan kerongkongan.
Bukan hanya berdampak pada kesehatan fisik saja, namun kondisi psikologis, lingkungan sosial, dan ekonomi bisa ikut terdampak. Dalam hal psikologis remaja sendiri, pemikirannya baru bertumbuh, tapi dengan dia merokok dia meracuni otaknya sendiri dengan bahan-bahan kimia dalam rokok yang bisa mengakibatkan stres berlebih, kecanduan, konsentrasi berkurang, dan menjadi tempramental. Dampak terhadap lingkungan sosial, pergaulan remaja menjadi tidak ada segi positifnya, di masyarakat mereka menjadi pandangan yang buruk, tak beretika dan bermoral. Tidak bisa menjadi teladan yang baik bagi anak yang masih dini.
Dalam segi ekonomi, di sini kebanyakan yang dirugikan adalah orang tua dari remaja itu sendiri, remaja yang rata-rata masih duduk disekolah menengah pertama dan atas belum mempunyai penghasilan pasti selain bergantung pada uang jajan dari orang tuanya. Para remaja kebanyakan meminta dengan memaksa supaya mendapatkan uang untuk membeli rokok, sehingga para orang tua terutama ibu terpaksa memberikan uang lebih kepada anaknya agar tidak memaksa lagi. Hal ini menyebabkan perekonomian dalam keluarga meningkat, dan terjadi diluar kontrol.
Jika sudah terjadi, mau tak mau harus dihadapi. Namun, lebih baik dicegah dari sekarang. Pencegahan bisa dimulai dari kita, sebagai remaja harus punya kesadaran untuk menjaga psikologis kita, pergaulan dan berpikir resikonya sebelum bertindak lebih jauh lagi. Kesadaran memang bisa dipupuk dari diri sendiri, tak kalah penting dari orang tua bisa juga mengedukasi anak-anaknya tentang bahaya merokok, memberikan contoh yang baik di hadapan anak, dan anak diberikan pengaitan rokok merugikan dalam segi finansial keluarga. Bisa dicontohkan seperti ini, jika 1 minggu kamu berhenti merokok, kamu bisa daftar rekening Reksa Dana untuk pertama kalinya. 1 bulan kamu berhenti merokok, kamu bisa beli beras 40 Kg untuk stok di rumah. 2 bulan kamu berhenti merokok, kamu bisa Top Up Reksa Danamu, biar lebih untung! Dengan diberi pengertian seperti itu, anak akan termotivasi untuk rajin menabung uangnya ketimbang membeli rokok.
Dari berbagai uraian diatas, tak dipungkiri sekarang merokok seperti sudah wajar bagi remaja. Faktor psikologis, keluarga, dan lingkungan sangat berpengaruh bagi remaja yang masih harus diawasi. Dengan mengetahui sebab akibatnya, diharapkan orang tua dan masyarakat sekitar, bisa mengedukasi dan diberikan pengawasan kepada anaknya. Dan bagi remaja itu sendiri, diharapkan memiliki kesadaran bahwa merokok tidak baik dalam segi kesehatan, dan bisa menghancurkan masa depan mereka.[]
*Mahasiswa Pendidikan Kimia
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, email : heninew1234@gmail.com