Oleh : Iis Narahmalia*
Pancasila sebagai dasar negara. Untuk itu sebagai dasar negara maka pancasila menjadi pondasi dalam menghidupakn setiap derap langkah pembangunan guna mewujudkan pembangunan dalam bidang pendidikan. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi dasar pengembangan paradigma pendidikan untuk melestarikan keanekaragaman suku, ras, budaya, agama. Penerapan Pancasila yang dilakukan oleh selruh komponen warga SD N Perumnas Condong Catur sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia dalam pendidikan Abad-21 melalui program Profil Pelajar Pancasila. Akan tetapi, dalam penerapannya terdapat bebagai tantangan tersendiri dalam menghayati Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia.
Pewujudan Profil Pelajar Pancasila terdiri atas 6 dimensi yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila antara lain: Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia; mandiri; bergotong royong; berkebhinekaan global, bernalar kritis; dan kreatif. Penerapan perwujudan profil pelajar Pancasila pada Pendidikan yang berpihak kepada peserta didik dalam Pendidikan abad ke-21 dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang meliputi 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila di SD N Perumnas Condong Catur adalah sebagai berikut:
Dimensi pertama yaitu Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia yang diwujudkan dalam kegiatan berikut:
Membiasakan peserta didik untuk beribadah sesuai dengan agamanya masing-masing. Contoh : untuk peserta didik yang beragama Islam melaksanakan sholat zuhur atau sholat jum’at; 1) Selalu berdoa saat memulai dan mengakhiri pembelajaran; 2) Membudidayakan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) kepada warga sekolah; 3) Menunjukkan sikap toleransi kepada warga sekolah dan menghormati warga sekolah yang berbeda agama.
Dimensi kedua yaitu mandiri, diwujudkan dalam kegiatan sebagai berikut: 1) Guru memberikan tugas individu kepada peserta didik; dan 2) Guru membimbing peserta didik untuk membangun pengetahuannya sendiri dalam memahami materi.
Dimensi ketiga yaitu bergotong royong yang diwujudkan dalam kegiatan sebagai berikut: 1) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan metode diskusi secara berkelompok agar peserta didik terbiasa kerjasama dan semangat gotong royong dalam pembelajaran; 2) Mengajak peserta didik untuk bergotong royong dalam membersihkan lingkungan sekolah dan kerja bakti penghijauan.
Dimensi keempat yaitu kebhinekaan global diwujudkan dengan kegiatan memperingati hari kemerdekaan Indonesia dengan mengadakan upacara setiap hai senin dan apel pagi yang dilakukan setiap hari dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya, lomba-lomba tradisional dan membimbing setiap peserta didik dalam menyelesaikan LKPD tanpa memandang suku, ras, agama dan sebagainya.
Dimensi kelima yaitu bernalar kritis diwujudkan pada kegiatan pembelajaran dengan memberikan tugas kepada peserta didik untuk mengasah kemampuan berpikir kritis seperti meminta pendapatnya mengenai peristiwa dalam kehidupan nyata yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Selain itu, pada proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang mendukung pendidikan abad-21 dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) yang mampu meningkatkan beberapa antara lain keterampilan berpikir ktitis. Selain itu, model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan kreatif, kolaboratif, dan komunikatif. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara berkelompok dalam mendiskusikan penyelesaian masalah agar peserta didik tetap memiliki jiwa saling menghargai pendapat antar teman dan gotong royong.
Dimensi keenam yaitu kreatif diwujudkan dalam kegiatan memberikan tugas kepada peserta didik untuk mengasah kemampuan kreatif seperti, meminta peserta didik membuat soal dalam bentuk cerita atau membuat produk dalam penerapan model Project Based Learning (PJBL) di dalam kelas.
Kecakapan Abad-21 mengenai perkembangan teknologi pada penerapannya kepada peserta didik yaitu teknologi dijadikan penunjang proses pembelajaran dengan melakukan pencarian informasi yang selektif, menampilkan PPT interaktif, dan lain sebagainya. Peranan teknologi untuk pembelajaran sangat banyak, jika pendidik bisa menerapkan dengan tepat maka pembelajaran akan berjalan dengan lancar dan dapat menciptakan lingkungan kelas yang aman, nyaman, dan berpihak pada peserta didik sehingga tecapai tujuan dala menerapkan pofil pelajar Pancasila.
Dalam menerapkan pewujudan Profil Pelajar Pancasila terdapat beberapa tantangan yang dihadapi .Tantangan pertama yaitu terdapat dampak budaya asing yang dapat mempengaruhi peserta didik yaitu peserta didik suka menirukan cara berpakaian; gaya bahasa dalam bicara; terkadang ada peserta didik yang berdandan berlebihan tidak sesuai usia peserta didik; lebih menikmati tontonan yang berasal dari luar negeri contoh korea, jepang, china; mengikuti trend tiktok; dan memanfaatkan handphone yang tidak sewajarnya saat proses pembelajaran seperti kecanduan main game. Pengaruh budaya barat ada yang berdampak positif dan negatif. Upaya yang dapat dilakukan pendidik adalah selalu memberikan pengertian mengenai selektifitas dalam penggunaan teknologi agar seluruh informasi tidak dicerna peserta didik secara langsung. Selain itu, memberikan pemahaman dan mengarahkan peserta didik bahwa kita bisa menggunakan teknologi secara maksimal ke arah lebih baik melalui kreativitas, inovasi dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Tantangan kedua yaitu kurang maksimalnya peran dan perhatian orang tua terhadap pendidikan anak. Orang tua adalah pendidik pertama bagi anak-anaknya sehingga orang tua adalah orang yang paling berkewajiban mendidik dan membimbing anak-anaknya. Namun pada beberapa kejadian orang tua melimpahkan segala tanggung jawabnya kepada guru yang mengajar di sekolah. Akibatnya, anak kurang bimbingan, perhatian, dan pendidikan dari orang tua terutama saat mereka berada di rumah atau luar sekolah. Karena kurangnya peran dan perhatian orang tua dan mereka hanya fokus pada perkembangan kognitif anak yang mengakibatkan kurangnya penanaman nilai-nilai Pancasila sebagai karakter pendidikan yang telah diajarkan sekolah.
Tantangan ketiga yaitu pengaruh pergaulan peserta didik, karena seseorang tumbuh dan berkembang di lingkungan baik maka akan baik pula karakter serta tingkah lakunya. Begitu pula sebaliknya seseorang yang tumbuh dan berkembang pada lingkungan buruk, maka karakter dan tingkah laku yang terbentuk akan mendominasi pada lingkungan tempat tinggalnya. Lingkungan dan pergaulan tidak baik akan mempengaruhi seseorang untuk melanggar norma-norma yang ada. Oleh karena itu, lingkungan peserta didik sangat mempengaruhi dalam pembentukan karakter sehingga hal itu menjadi tantangan dalam penghayatan dan profil pelajar pancasila yang telah diajarkan di sekolah.[]
*Penulis adalah Mahasiswa PPG Prajabatan Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa