Terobos Teknologi Digital Cegah Degradasi Moral

Oleh : Reni Ayuni*

Perkembangan pendidikan yang kian melaju pesat dalam berbagai aspek yang kian melaju pesat. Ketercerabutan dari berbagai aspek kehidupan menjadi persolan tersendiri yang semakin mencuak dan perlu dibenahi serta ditindaklanjuti baik secara jasmanai maupun rohani. Teknologi digital yang kini semakin melaju cepat hingga menerobos ranah pribadi semakin tak mampu terbendung melalui kehadiran berbagai produk inovasi digital yang ditawarkan sebagai cultur budaya barat dan kini seakan mendarah daging di benak publik. Sebutsaja budaya westernisasi, hedonisme, individualisme bahkan budaya masturbasi yang kian merambah dikalangan publik tanpa terfilter dan dilakukan tanpa basa-basi.

Budaya semakin bersinergi menguat dalam menjalin akulturasi diberbagai ranah pendidikan. Keberlangsungan budaya yang terjadi selama masa pandemi dimana telah berjalan lebih dari dua tahun ini, tentunya memberikan dampak serta efek yang kritis terhadap lunturnya nilai – nilai kehidupan serta karakter bangsa. Segala kemajuan yang telah telah merubah beberapa kepribadian bangsa faktanya kondisi yang ada tak mampu berjalan secara dinamis dan balance seperti dulu, seseorang lebih memilih menyibukan dirinya dalam melihat kondisi dunia maya dari pada sekedar berjalan menikmati suasana luar dengan hirupan udara yang terkesan lebih sejuk, berbagai problematika inilah yang nantinya akan berimbas pada degradasi moral bangsa dan kebobrokan sosial dimasa mendatang.

Baca Juga :  Pancasila sebagai Kontrol Generasi Z dalam Menghadapi Degradasi Moral

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendi juga mengatakan bahwa tantangan utama bangsa Indonesia saai ini adalah era globalisasi dan kehadiran revolusi industri 4.0 dan society 5.0, ancaman itu yang akan melunturkan nilai budaya bangsa akibat melaju pesatnya perkembangan teknologi digital. Keterlibatan teknologi digital mengubah kondisi bangsa yang tadinya berasal dari rakyat yang penuh dengan tegur sapa kita lebih aktif dalam dunia rebahan sebagai rakyat online. Tanpa disadari bahwa teknologi digital sendiri telah menerobos masuk kedalam ranah pribadi manusia dan mengahadirkan segala informasi tanpa batasan-batasan untuk membendungnya.

Maka hal ini akan megancam nila-nilai sosial, budaya, maupun eksistansi bangsa yang tadinya terkenal dengan bangsa yang ramah menjadi bangsa yang acuh dan pemarah. Kenapa demikian? Beberapa fakta dilapangan menyebutkan bahwa seseorang yang sedang asyik bermain gawai terkadang sampai tidak sadar ketika dipanggil orang lain disekitarnya, atau dia menimpalinya dengan ucapan sinis dan tetap terfokus pada setan gepeng yang dipegangnya. Hal ini berimbas dalam proses belajar seorang siswa juga kondisi mental secara perilaku juga kaitanya dengan akademiknhya.

Baca Juga :  Strategi Merebut Suara Generasi Z di Pemilu 2024

Persoalan lain yang timbul tidak hanya sebatas degradasi moral saja, namun merambah pada mentalitas yang belum terbangun sebagaimana yang tercermin dalam nilai-nilai pancasila. Nilai-nilai praksis yang seharusnya mampu diaplikasikan serta direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari kini terkikis dengan berbagai informasi, budaya, yang tereksplor melalui kemajuan teknologi digital. Pengaruh eksternal sendiri juga menjadi tantangan budaya bangsa Indonesia terlebih dalam menghadapi geopolitik global, meluasnya peran dan kekuatan pertahanan serta pengaruh-penagaruh negara asing. Jika mental anak bangsa saja kini sudah demikian, bagiamana kondisi bangsa Indonesia di masa mendatang ?

Sementara melihat apa yang telah disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembanguan Manusia dan Kebudayaan, bahwa dari segi internal ada beberapa potensi ancaman yang juga disebabkan oleh sistem pengawasan yang tidak berjalan secara efektif . Sebagai kaum akademisi dalam himpunan produk perkembangan dan kemajuan teknologi digital ini, kita sebagai rakyat online harus bisa dan mampu menerobos secara antusias, kreatif dan inovatif dari kecanggihan teknologi digital baik ranah komunikasi, informamasi, dan budaya agar mampu diedukasikan dalam berbagain aspek tatanan kehidupan agar mampu memperkuat moralitas jati diri bangsa untuk membangun mental intelektual yang berkarakter positif.

Baca Juga :  Perbedaan Harga Pasar Kelapa Sawit di Indonesia dengan Malaysia

Pemerintah tentunya memilki andil penting dalam menyikapi segala problematika ini, menimpali berbagai hal yang disampaikan oleh Muhadjir Effendi pada webinar Moderasi Indonesia untuk Dunia, Senin (15/11/2021) “Untuk merespon tantangan ini pemerintah beserta segenap masyarakat Indonesia harus bersatu padu menguatkan iklim nasional dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara” .

Pencanangan program gerakan nasional revolusi mental atau GNRM sebagai akselerasi pembangunan karakter bangsa Indonesia untuk menciptakan bangsa yang berintegritas dan memiliki jiwa gotong royong, sosialisme, pekerja keras sebagaimana yang telah dicontohkan para pendiri bangsa terdahulu untuk memajukan kemajuan bangsa dan negara Indonesia yang berdaulat, berdedikari, dan berkepribadian luhur serta berlandaskan pancasila.

Untuk ini adanya program GNRM ini harapnya tidak hanya sekedar sebagai pamflet yang tertera diberbagai tulisan atau publiaksi media cetak maupun online saja namun juga mampu terbina dan terealisasi dalam kehidupan sehari-hari. Karena berbagai isu moral baik taraf nasional maupun internasional seperti perselingkuhan, perjudian, homoseksualitas, aborsi, seks pranikah, konsumsi alkohol, perceraian, dan penggunaan alat kontrasepsi kini menjadi pemicu besar dampak adanya degradasi moral atas kemajuan teknologi digital.[]

*Penulis adalah Mahasiswi PGMI INISNU Temanggung – Jawa Tengah, email : reniayuni46@gmial.com

banner 300250