Wisata Sejarah Kerajaan Sungai Iyu di Aceh Tamiang

Aceh Tamiang, TERASMEDIA.NET – Tak lengkap rasanya jika berkunjung ke Kabupaten Aceh Taming tanpa mengunjungi wisata sejarahnya, salah satu tempat bersejarah itu adalah kerajan sungai iyu. Kerajaan Sungai Iyu terletak di Sumatera, prov. Aceh, Kab. Aceh Tamiang. Saat kesultanan Aceh kerajaan itu merupakan vasal atau bawahan sultan Aceh dan dipimpin oleh raja yang bergelar Uleebalang. Setelah berakhirnya Perang Aceh, tahun 1914, kerajaan kecil masuk Onderafdeling sebagai “swapraja”

Tentang kerajaan Sungai Iyu

Sungai Yu dalam masa pemerintahan kolonial. Dalam perjanjian antara Teungku Muda Chik dengan Raja Bendahara tanggal 18 Januari 1899 dan disahkan dengan Surat Keputusan Pemerintah bertanggal 28 Januari 1899 Nomor 31 dinyatakan bahwa kenegerian Bendahara berdiri sendiri dengan syarat bahwa Sungai Yu harus membayar sumbangan tahunan kepada Bendahara sejumlah f 300,00.
Kenegerian tersebut terletak hampir seluruhnya dalam daerah Bendahara. Perbatasan kedua kenegerian itu ditetapkan dengan Surat Keputusan Residen Sumatera Timur bertanggal 8 September 1898 Nomor 181 yang ditambah kemudian dengan keterangan kedua kepala kenegerian itu tanggal 25 November 1904 di hadapan Asisten Residen Loriaux.

Batas kenegerian dalam keputusan tersebut sebagai berikut.

Pertama, garis lurus yang ditarik dari kuala sungai Beukah ke laut, terus ke Alur Isong dan Simpang Kiri sungai Telaga Muku.Dari sana mudik ke Simpang Kiri sampai ke tempat jatuhnya Alur Dua ke Simpang Kiri.
Selanjutnya, mudik Alur Dua sampai ke pal batas dekat Seuneubok Paya Reuhat. Dari sini garis batas melengkung arah selatan ke pal batas dekat Paya Reuncong, dengan catatan, bahwa kebun-kebun lada Paya Reuhat, Rambong Loh, dan Paya Reuncong berada di sebelah kanan, sedangkan yang di Tuku Tinggi berada di sebelah kiri.

Garis dari pal batas di Paya Reuncong ke arah lain sebelah utara Paya Menderong, yang terletak demikian rupa sehingga kebun-kebun lada di Paya Menderong berada dalam daerah Raja Bendahara. Garis lurus yang ditarik dari pal batas disebut terakhir ke tempat lain sebelah selatan kebun-kebun lada, Seuneubok Dalam, demikian rupa sehingga kebun-kebun itu berada dalam daerah Sungai Yu.

Garis lurus dari pal batas terakhir ke Punti si Gul dan yang lain yang ditarik dari sana ke Lubuk Nipah. Dari Lubuk Nipah menuju alur senama yang mengalir sepanjang Lubuk Bunga dan jatuh dekat Lubuk Tiga Sagi di sungai Buging. Dari sana ke Alur Buging sampai Kuala Alur Durhala. Selanjutnya garis lurus dari kuala tersebut ke pertemuan kuala Alur Niri dengan Terusan Barum.

Dari Terusan Barum sampai ke Sungai Yu kecil dan selanjutnya, dengan mengikuti sungai tersebut, sampai ke kualanya di laut.

Tentang istana kerajaan Sungai Iyu

Pintu Gerbang Istana Negeri Sungai Iyu kini hanya tersisa dinding pembatas parit yang dibangun dari bahan bata dan semen, dicat dengan warna putih. Bangunan istana tidak tersisa lagi, kini diganti dengan bangunan Masjid. Gerbang Istana Sungai Iyu berarsitektur Eropa dengan sepasang pilar yang menyangga sisi kiri dan kanan gerbang terdiri dari 2 tingkat dengan puncak berbentuk 2 lengkungan yang saling bertemu. Bangunan ini berorientasi ke Selatan. Bangunan ini memiliki luas bangunan 3 x 4 m.

Kesultanan Aceh Darussalam dipimpin oleh sultan bergelar Sultan Imam Adil. Bentuk pemerintahan kesultanan Aceh adalah federasi. Disebut federasi karena kesultanan Aceh menganut prinsip desentralisasi dengan memberikan otonomi yang tinggi bagi daerah bawahannya yaitu nanggroe dan mukim, apalagi untuk daerah taklukan.

Nah sahabat, setelah membaca tentang sejarah panjang kerajaan satu ini apakah jiwa penasaranmu tidak terusik untuk melihat langsung bagaimana bentuk bangunannya dari dekat.[]