Keluarga Bukan Soal Genetika K-Drama Family by Choice

Di dunia yang terus berubah, konsep keluarga ikut mengalami transformasi. Bila dulu keluarga selalu dimaknai sebagai unit sosial berdasarkan hubungan darah dan pernikahan, kini semakin banyak orang menyadari bahwa keluarga bisa hadir dalam berbagai bentuk. Istilah family by choice atau “keluarga pilihan” menjadi semakin relevan. Keluarga tidak selalu harus lahir dari rahim yang sama, tetapi bisa dibentuk dari ikatan emosional, kepercayaan, dan kehadiran yang konsisten. Salah satu media populer yang kerap mengangkat tema ini secara menyentuh dan reflektif adalah drama Korea atau K-Drama.

K-Drama dikenal luas karena kepekaannya dalam mengolah isu sosial dan relasi manusia dengan emosi yang dalam. Dalam beberapa tahun terakhir, kita menyaksikan semakin banyak drama Korea yang mengangkat tema family by choice, memberikan ruang bagi pemirsa untuk merefleksikan ulang makna keluarga. Lewat cerita-cerita fiktif, namun sangat manusiawi, K-Drama menyuarakan bahwa kasih sayang, dukungan, dan rasa memiliki jauh lebih penting daripada ikatan genetik.

K-Drama bertema family by choice tidak hanya sekadar fiksi. Ia merefleksikan realitas bahwa tidak semua orang memiliki keluarga kandung yang suportif, aman, dan hadir. Banyak orang yang tumbuh dalam keluarga disfungsional, kehilangan orang tua sejak dini, atau merasa terasing dalam rumah mereka sendiri. Bagi mereka, sahabat, pasangan hidup, rekan kerja, atau bahkan hewan peliharaan bisa menjadi bentuk keluarga yang lebih otentik.Dalam dunia nyata, konsep ini juga bisa kita lihat pada komunitas LGBTQ+, para perantau, korban kekerasan dalam rumah tangga, dan anak-anak adopsi yang menemukan kasih dan kehangatan di luar ikatan genetik.

K-Drama membantu meruntuhkan stigma bahwa keluarga harus selalu dalam bentuk tradisional. Ia memberi ruang untuk keberagaman relasi yang sama-sama valid dan layak dihargai.

Drama Korea telah mengajarkan kita bahwa keluarga sejati adalah mereka yang hadir saat kita jatuh, yang mendukung tanpa syarat, yang memilih untuk tetap tinggal meskipun bisa pergi. Genetika mungkin menentukan siapa yang melahirkan kita, tetapi hanya cinta, empati, dan komitmen yang membentuk siapa keluarga kita sebenarnya.

Melalui drama-drama ini, kita belajar bahwa menjadi keluarga adalah keputusan sadar. Ia bukan warisan, tapi pilihan. Dan dalam dunia yang semakin cair dan tidak pasti, pilihan-pilihan seperti inilah yang memberi manusia rasa aman, tempat pulang, dan kekuatan untuk melanjutkan hidup.[]

Penulis:
Syifa Khoirunisa, mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang, penulis muda yang memiliki perhatian besar terhadap isu sosial dan pengembangan generasi muda