Santri Jihad Jaman Now

Kini kita berada dititik di mana zaman telah berubah dari zaman unta ke zaman Toyota. Menarik ? maksudnya disini, zaman yang serba mesin banyak orang yang tertipu karena perubahan zaman. Kita sebagai santri harus tahu giman caranya menggunakan zaman Toyota kejalan yang baik bukan jalan yang sesat atau kejalan yang buruk.

Sejak lima tahun yang lalu, pemerintah melalui kopres No. 22 tahun 2015, menyatakan tanggal 22 oktober sebagai hari santri nasional (HSN). Tanggal 22 oktober ini di pilih sebagai HSN merujuk pada resolusi jihad yang di gelar KH. Hasyim As’ari (1875-1947) tepat pada tanggal 22 oktober 1945.

Resolusi jihad yang digaungkan oleh ulama’ NU itulah yang kemudian memantik pada santri untuk jihad melawan penjajahan dengan segenap tenaga dan pikiran serta meninggalkan anak keluarga dan menaruhkan nyawa (isy-kariman aw mut syahidan). Puncak jihad santri kala itu adalah peristiwa 10 november di Surabaya, yang mempertegas Indonesia Merdeka. Dengan demikian Demikian historis, terlihat sangat jelas sekali bahwa santri mempunyai konstribusi nayta bagi NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia ). Tentu jihad santri masa kini tak lagi seperti dahulu, terjumn kegelanggang-gelanggang medan perang dengan mengangkat senjata dan menghabisi siapa saja ayang ada di depannya (penjajah). Dalam konteks Indonesia yang sudah Merdeka dan dalam rangka mempertahankan NKRI, santri harus bisa memaknai jihad dalam konteks kekinian dan kedisinian (jihad zaman now).

Secara harfiah, kata jihad memiliki makna letih, sukar dan sungguh-sungguh. Sementara jika ditinjau dari segi etimologis, jihad berasal dari Bahasa arab (jahada – yajahidu – mujahadatan – jihadan) yang berarti menyerahkan seluruh potensi dengan ucapan dan Tindakan. Kata jihad memiliki banyak derivasi, di antaranya mujahadah ( optimalisasi amal shalih ), dan jahdun ( kerja keras ). Dari berbagai pengertian ini, para ulama memiliki penafsiran yang berbeda-beda. Sebut saja kyai kondang Nusantara, kh ma’ruf Amin. Ia memaknai jihad itu memperbaiki (islahah) bukan merusak apalgi membunuh (qitalan) dan juga yang di maksud jihad adalah berjuang dalam artian berjuang dalam perang, bagi santri jihad adalah berjuang untuk menghapus kebodohan.

Baca Juga :  Pj Bupati Asra Lantik 1124 Pejabat Fungsional di Lingkungan Pemkab Tamiang

Jika kita mau fair, maka akan ditemukan betapa Alquran dan hadits memberi pemahaman yang luas terkait jihad. Misalnya dalam sebuah hadits; Rasulullah bersabda; “ jihat itu tidak semata-mata angkat senjata, tetapi orang yang bekerja menafkahi anaknya juga termasuk jihad. Bahkan orang bekerja keras unntuk untuk dirinya agar tidak meminta-minta kepada orang lain juga termasuk jihad”. (HR. ibnu Asyakir).

Lantas, jihad apa atau bagaimana yang dilakukan oleh santri masa kini? Merujuk perngertian jihad yang sangat luwes, yakni usaha sungguh-sumgguh, maka jihad santri zaman now adalah; pertama, mempertahankan NKRI, sebagaimana dikupas diawal bahwa resolusi jihad yang tercetus pada tahun 1945 kala itu adalah semangat mempertahankan NKRI dari sebuah penjajahan asing. Maka, dalam konteks saat ini, jihad mempertahankan NKRI masih relevan, terlebih saat ini ada kelompok yang hendak menghancurkan NKRI dengan berbagai sisi dan cara. Namun, sekali lagi, jihatnya bukan mengangkat senjata, melainkan bisa melalui dakwah dan melakukan pencerahan kepada Masyarakat akan urgensinya menjaga eksistensi NKRI.

Baca Juga :  Dua Guru Besar UPI Bandung Beri Kuliah Umum di Universitas Almuslim

Kedua, menghadapi kelompok takfiri. Satu fenomena mutakhir yang menjadi kekhawatiran ulama dimasa kini adalah munculnya kelompoknya yang mudah mengafirkan orang lain, sekalipun kelompok yang di anggap kafir itu menjalankan shalat, puasa, haji dan lain sebagainya, hanya karena berbeda pendapat dan pandangan terkait masalah furu’iyah saja. Dalam posisi dan kondisi inilah, santri harus berjihad sekuat tenaga dan fikiran untuk memberi penyadaran kepada kelompok ini agar tidak gemar menyalahkan kelompok lain. Maka, bentuk jihad dalam konteks ini adalah dengan cara berdakwah, menyampaikan dan menyadarkan bahwa islam sangat toleran. Menghargai perbedaan (QS.al hujarat, 13) serta menjawab berbagai tuduhan sesat tentang islam.

Ketiga, melawan kelompok radikal. Tantangan santri yang sudah ada di depan mata adalah kelompok radikalis-jihadis yang menjadi cikal bakal tumbuhnya aksi terorisme yang menjadi ancaman keamanan dan stabilitas politik nasional. Kelompok yang bertolak pada pemahaman teks keagamaan secara sempit dan tekstualis ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Terlebih kelompok ini sedang gencar menyebarkan paham “sesat” tersebut pada segenap Masyarakat Indonesia.

Sebab-sebab itulah kita sebagai stakeholder agama dan negara merancangkan planimg-planing tersebut agar terealisasi dalam kehidupan yang saya sebut dengan zaman Toyota.

Agar pembahsan lebih mendalam saya mungkin akan lanjut pada pembahasan wacana tentang resolusi jihad pada edisi UAS kali ini tentunya lebih deepening dari pada yang tadi. Kalua tadi itu pembahsannya historis atauu semi deepening sekarang pembahsan wacana nya lebih mendalam atau kasarnya kita buat radikal.

Baca Juga :  Pensiunan yang Sulit Ambil Dana Tapera Bisa Lapor ke Sini

Sekarang mari kita mulai pembahasan resolusi jihad dan santri yang saya katakana tadi pembahasannya radikal. Ada beberapa point penting kiranya yang saya head line yaitu terletak pada kata santri dan meta jihad itu sendiri.

Santri pada dasarnya point of view Masyarakat umum mengenai mereka adalah seorang pelajar yang ahli di bidang masalah agama tentu juga tidak menafikkan ahli ahli yang laimmya.

Sebenarnnya saya merasa lucu dan terkesan pembahsan say aini humor mengenai kaum santri itu sendiri. Sebab disini saya memperjuangkan nama baik santri itu sendiri tanpa sekalipun membuat nama santri tersebut mempunyai sudut pandang yang jelek. Tentu kalian bisa memahami apa yang saya maksud dengan retoriks yang saya mainkan sejak dari tadi.

Tidak usah lebih jauh mengenai masalah tersebut karena kalua di bahas secara spesifik semua tidak mungkin. Bisa jadi pembahasannya lebar dan sangat Panjang. Mungkin saya sebaiknya sebelim tulisan ini berakhir setidaknya akan memeberikan ulasan atau bisa kalian pahami dengan usaha saya untuk mengkorelasikan kata santri itu sendiri dengan jihad jaman now.

Simple saja dan tidak perlu banyak basa basi mengenai hal tersebut bahwa santri harus mengembangkan atau istilah kerennya meng upgrade kualitasnya supaya jihad yang diwariskan oleh para ulama’ bisa di terima di era zaman sekarang. Kira kira begitu ulasan singkatnya selebihnya mungkin kita bahas di tulisan selanjutnya.[]

Penulis :
Ni’matun Nazilah, mahasiswi STIT Al-Ibrohimy, email : ifadharahmah@gmail.com

banner 300250