Transformasi Artistik Hagia Sophia Melintasi Zaman

"Hagia Sophia yang awalnya berfungsi sebagai katedral Ortodoks, sebuah bangunan bersejarah yang terletak di Istanbul Turki merupakan monumen paling ikonik dan berpengaruh di dunia yang dibangun pada abad ke-6 Masehi oleh Kaisar Bizantium Justinianus I"

Hagia Sophia, sebuah bangunan bersejarah yang terletak di Istanbul, Turki, adalah salah satu monumen paling ikonik dan berpengaruh di dunia. Dibangun pada abad ke-6 Masehi oleh Kaisar Bizantium Justinianus I, Hagia Sophia awalnya berfungsi sebagai katedral Ortodoks dan menjadi pusat spiritual bagi Kekaisaran Bizantium. Arsitektur Hagia Sophia merupakan contoh luar biasa dari inovasi Bizantium, menggabungkan elemen tradisional basilika dengan kubah besar yang megah, setengah kubah di atas altar, dan dua narthex. Interiornya dihiasi dengan mosaik yang menggambarkan berbagai tema religius, menciptakan suasana yang menakjubkan bagi para pengunjung.

Arsitektur Bizantium dapat dilihat dari penggunaan kubah-kubah besar dan kecil, jendela berbentuk lengkung, serta kolom yang dihiasi dengan ornamen di kepala kolom. Desain denah poligonal juga menjadi salah satu karakteristik penting dari arsitektur ini. Hagia Sophia tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai simbol kekuatan dan kemegahan Kekaisaran Bizantium, mencerminkan kemajuan seni dan arsitektur pada masa itu.

Baca Juga :  Gerakan Tanam Padi Serentak, Pj Bupati Atam Turun ke Sawah

Selama periode Bizantium, Hagia Sophia mengalami beberapa kali renovasi dan perbaikan. Setelah pembakaran massal pada tahun 404 M, Kaisar Theodosius II memerintahkan pembangunan struktur kedua Hagia Sophia. Pada tahun 532 M, bangunan ini terbakar lagi selama pemberontakan Nika, tapi Kaisar Justinian I memerintahkan Isidoros dari Milet dan Anthemios dari Tralles untuk membangun kembali Hagia Sophia. Struktur baru ini setinggi dua lantai dengan empat kubah kecil dan empat menara yang mengelilingi kubah besar.

Setelah penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Mehmed Al-Fatih pada tahun 1453, Hagia Sophia beralih fungsi menjadi masjid. Sultan Mehmed II menutupi simbol-simbol Ortodoks di dalam bangunan, seperti mosaik Yesus dan Maria, dan menambahkan elemen-elemen Islam seperti mihrab dan mimbar untuk menyesuaikan fungsi baru bangunan tersebut. Renovasi juga dilakukan oleh arsitek terkenal Mimar Sinan setelah gempa yang merusak, dengan menambahkan empat menara untuk memperkuat struktur Hagia Sophia. Perubahan ini tidak saja merupakan transformasi artistik, tetapi juga simbol awal mula masuknya Islam di Tanah Romawi Timur yang kini menjadi negara Turki modern. Meskipun umat Kristen masih diberikan kebebasan beragama, transformasi ini menandai akhir dari kekuasaan Romawi Timur dan beralih pada kekuasaan Imperium Osman.

Baca Juga :  Hipotek - Mengenal Lebih Dekat Konsep Jaminan Properti

Setelah runtuhnya Kekhalifahan Utsmaniyah dan berdirinya Republik Turki pada tahun 1923, Mustafa Kemal Atatürk berusaha untuk memodernisasi dan melakukan sekularisasi negara. Pada tanggal 24 November 1934, Dewan Menteri Turki secara resmi menetapkan Hagia Sophia sebagai museum. Langkah ini bertujuan untuk menjaga warisan budaya Kesultanan Utsmaniyah sekaligus melestarikan elemen-elemen sejarah Kekristenan Bizantium yang ada di dalam bangunan tersebut. Perubahan status ini mencerminkan upaya untuk memisahkan simbol-simbol agama dari fungsi publik dan politik negara. Ini juga merupakan bagian dari proses sekularisasi yang dipimpin oleh Ataturk, yang ingin melepaskan negara dari dominasi agama dan mempromosikan nilai-nilai sekuler.

Pada tahun 2020, Hagia Sophia kembali menjadi masjid setelah keputusan kontroversial oleh pemerintah Turki. Keputusan ini memicu perdebatan internasional mengenai warisan budaya dan identitas religius. Meskipun statusnya sebagai masjid, banyak elemen sejarah dan seni tetap dilestarikan, hal ini menciptakan dialog antara dua tradisi yang berbeda. Sampai saat ini, Hagia Sophia berfungsi sebagai tempat ibadah sekaligus objek wisata yang menarik bagi pengunjung dari seluruh dunia. Transformasi artistik dan historisnya membuatnya menjadi salah satu situs warisan manusia yang paling signifikan dan kompleks di dunia.[]

Baca Juga :  Rita Afrianti Ketua KIP Aceh Tamiang Periode 2023-2028

Sumber Referensi:
Tasbih, M. I., & ddk. (2024). Hagia Sophia Simbol Peradaban Islam di Turki. TAZKIR: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan KeIslaman, 32-49.

Penulis :
Fina Rizqiyatun Ni’mah, Musthofiatur Rochmah, Zhafarina Aulia Ramadhani, Hanifah Nur Rohmah dan Rahma Aminawati (Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga)

banner 300250