Pola Asuh Mendidik yang Ditetapkan Orang Tua Bukan Berarti Memaksa Anak

Jika berbicara mengenai pendidikan terhadap anak, tentu yang berperan penting didalamnya adalah orang tua. Karena pendidikan pertama kali yang didapatkan oleh anak ialah didikan dari orang tua. Pendidikan setiap orang tua tentu berbeda-beda, bahkan memiliki pola-pola tertentu dalam mendidik anaknya. Sehingga tak heran jika setiap orang memiliki ilmu bahkan pola prilaku yang berbeda-beda. Pendidikan merupakan suatu proses yang mengajarkan mengenai ilmu maupun akhlak yang merujuk pada kebenaran. Pendidikan juga sudah didapatkan oleh anak sejak lahir hingga tumbuh dewasa, baik melaui orang tua, guru maupun dari orang sekitarnya, karena pendidikan bisa didapatkan dimanapun dan dari siapapun. Namun, pendidikan yang paling utama yaitu pendidikan yang berasal dari orang tua. Karena pendidikan yang berasal dari orang tua merupakan pendidikan yang bersifat mengikat, sehingga tidak menutup kemungkinan jika pendidikan yang diajarkan oleh orang tuanya akan terus teringat bahkan menjadi suatu kebiasaan bagi sang anak.

Oleh karena itu, hampir semua orang tua sudah merencanakan pola asuh dalam mendidik anaknya, meskipun sang anak belum lahir kedunia. Tetapi, ada juga orang tua yang menganggap remeh mengenai pola pendidikan yang akan diajarkan kepada anaknya. Sebenarnya persiapan pola asuh dalam mendidik anak sangatlah penting, karena dengan begitu orang tua sudah dapat menentukan apa saja yang akan diajarkan kepada anaknya, terlebih lagi bagi orang tua baru, yang tentunya belum memiliki pengalaman mengenai tata cara mendidik anak. Tujuan orang tua dalam mendidik anaknya tentulah beragam. Namun, pastinya setiap orang tua mengingkan yang terbaik bagi anaknya.

Baca Juga :  Politik Membuat Generasi Milenial Terlihat Lebih Keren

Mendidik anak bukanlah suatu hal yang mudah, karena anak adalah peniru yang andal, sehingga orang tua harus senantiasa berhati-hati dalam melakukan suatu tindakan. Terlebih lagi ketika anak memasuki usia balita, dalam usia ini kecenderungan anak dalam meniru kegiatan yang dilakukan oleh orang tuanya cukup tinggi dibandingkan rentang usia di fase lainnya, bahkan pada masa ini pula anak akan lebih cenderung memiliki rasa percaya yang tinggi terhadap orang tuannya, sehingga tak heran jika anak senantiasa meniru apapun yang dilakukan oleh orang tuanya, karena ia menganggap segala sesuatu yang dilakukan oleh orang tuanya itu merupakan hal yang benar.

Dalam momen ini, peran orang tua sangatlah penting dalam menerapkan pola asuh yang baik dan benar untuk anaknya. Jika salah sedikitpun, maka hal itu akan menimbulkan akibat yang berdampak buruk seiring bertambahnya usia sang anak. Karena apabila dari kecil sudah mendapatkan pendidikan yang baik dan benar dari orang tuanya, maka didikan tersebut lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan bahkan jati diri sang anak.

Dalam pola asuh mendidik anak terkadang terdapat berbagai ketentuan maupun aturan yang harus dipatuhi oleh sang anak, bahkan terkadang anak akan mendapatkan sanksi apabila melanggar ketentuan maupun aturan yang telah ditetapkan oleh orang tuanya. Dalam hal ini, setiap orang tua memanglah memiliki kebebasan dalam mendidik anaknya, namun sebagai orang tua juga harus memberikan kebebasan kepada anak untuk berekspresi terhadap dunianya. Tak jarang jika masih ada orang tua yang mendidik anaknya dengan cara memaksakan kehendak anak untuk mengikuti apa yang sudah ditetapkannya, misalnya mengenai kegiatan atau aktivitas yang boleh atau tidak dilakukan oleh anaknya.

Baca Juga :  Dampak Teknologi pada Anak: Membangun Keterampilan atau Menyebabkan Ketergantungan?

Tak luput dari kegiatan mendidik, cita-citapun terkadang diambil alih oleh orang tua, yang sering kali ditekankan kepada anaknya untuk menjadi apa dan seperti apa sang anak kedepannya, tanpa memikirkan perasaan maupun cita-cita yang diinginkan sang anak. Selain itu, tidak sedikit orang tua yang menentang hobi yang disukai oleh anaknya, karena sebagian orang tua beranggapan bahwa apa yang dipilih maupun yang menjadi hobi anaknya merupakan hal yang tidak memiliki manfaat, padahal hal-hal tersebut sebenarnya dapat melatih bahkan membentuk kemampuan yang dimiliki sang anak.

Dalam hal ini tidak selayaknya orang tua selalu menentang apa yang disukai oleh sang anak, karena setiap anak memiliki hak serta kebebasan untuk menentukan jalan hidupnya. Selain itu, memaksakan kehendak anak juga berdampak pada terganggunya psikis pada anak, seperti membuat anak takut berpendapat, bahkan dapat membuat anak tidak dapat mengontrol emosinya dengan baik, karena dengan berbagai aturan dan sanksi yang sering diterapkan, akan menyebabkan anak dapat berbuat agresif terhadap orang lain. Selain itu, juga dapat membuat anak senantiasa merasa tertekan bahkan depresi, karena sang anak selalu melakukan suatu kegiatan yang tidak sesuai dengan keinginannya. Dan yang lebih parahnya lagi, paksaan terhadap anak juga dapat menimbulkan akibat yang lebih fatal seperti anak yang bisa saja menghilang tanpa kabar, serta nekat untuk melakukan aksi bunuh diri, karena sang anak merasa diabaikan bahkan tak dihargai, karena orang tua yang tidak menyetujui keinginannya mengenai masa depan yang ia pilih.

Baca Juga :  Ini Bahaya HB Rendah yang Perlu Diwaspadai

Sebenarnya selagi dalam hal positif seharusnya sebagai orang tua memberikan dukungan kepada anaknya, karena apa yang menjadi hobi, cita-cita, maupun berbagai kegiatan positif yang disukai oleh anak, akan menjadi skill atau kemampuan yang tidak akan dimiliki oleh orang lain, dan hal inilah yang sebenarnya dapat menjamin masa depan anak. Maka dari itu, didiklah anak dengan baik tapi jangan sampai melupakan apa yang menjadi hak anak, karena anak juga berhak dalam memilih apa yang menjadi tujuan hidupnya. Jangan pernah menganggap remeh suatu pola asuh yang mengandung paksaan, karena suatu paksaan bukanlah solusi dari penyelesaian masalah, bahkan paksaanlah yang terkadang dapat menimbulkan suatu masalah baru.[]*

Pengirim :
Resti Utami, mahasiswi Mahasiswi Universitas Bangka Belitung, email : restiutami131003@gmail.com

banner 300250