Dalam era digital yang semakin maju, teknologi tidak hanya menjadi alat bantu, tetapi juga berperan sebagai penggerak utama perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Hidup di era dimana teknologi berkembang dengan sangat pesat, memanglah banyak tantangan dan tentunya bisa membuat pekerjaan sehari-hari lebih mudah. Inovasi baru bermunculan, mengubah pandangan untuk hidup, bekerja, dan berinteraksi dengan dunia luar. Di tengah perubahan ini, terdapat sebuah pertanyaan, siapakah yang sebenarnya harus beradaptasi? Apakah manusia yang harus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan mesin, atau malah sebaliknya, mesin yang harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan manusia?
Kemajuan teknologi digital membawa dampak yang signifikan terhadap kehidupan manusia, baik dalam pekerjaan, pendidikan, maupun interaksi sosial. Kecerdasan buatan (AI), robotika, dan Internet of Things (IoT) contohnya, sekian banyaknya evolusi digital yang telah mengubah cara manusia bekerja dan berkomunikasi.
Perkembangan teknologi yang semakin canggih ada sisi baik dan buruknya, jelas sisi baik untuk mempermudah pekerjaan manusia dengan bantuan sebuah mesin yang otomatis sangat diperlukan terutama di bidang industri karena efisiensi produknya tinggi dan biaya produksi suatu barang lebih murah dari pada harus membayar sepersekian manusia. Akantetapi, itulah yang menjadi sisi buruknya, yaitu hilangnya lapangan pekerjaan bagi manusia karena peran dan jasa manusia sudah banyak digantikan oleh mesin.
Seharusnya, baik manusia maupun mesin memiliki tanggung jawab untuk saling beradaptasi, tetapi manusia harus tetap menjadi pengendali utama dalam proses ini. Manusia harus terus belajar dan mengembangkan keterampilan untuk menghadapi tuntutan zaman yang semakin bergantung pada teknologi. Peran manusia terhadap digitalisasi sangatlah diperlukan mengingat zaman sekarang kehidupan sudah memasuki era digital. Jadi, untuk beradaptasi, manusia memerlukan kemampuan digitalisasi, seperti literasi digital, penguasaan kecerdasan buatan dan pemahaman big data yang di era sekarang menjadi penting agar manusia tetap relevan di era ini.
Di sisi lain, mesin dan teknologi harus didesain dengan pendekatan yang human-centric atau berbasis pada kebutuhan manusia. Penelitian oleh Stanford University (2021) menunjukkan bahwa teknologi berbasis kebutuhan manusia (human-centric design) menghasilkan kepuasan pengguna lebih tinggi hingga 60% dibandingkan teknologi yang hanya berfokus pada efisiensi. Teknologi yang dirancang untuk memahami konteks sosial, budaya, dan etika akan menjadi lebih baik dalam mendukung kehidupan manusia. Mesin seharusnya berfungsi sebagai alat untuk meringankan beban pekerjaan manusia, bukan menggantikannya sepenuhnya.
Beradaptasi di era sekarang tidak harus menjadi pertanyaan “siapa yang lebih unggul?,” tetapi bagaimana manusia dan mesin bisa saling melengkapi. Mesin memiliki kekuatan dalam hal efisiensi, dan kemampuan memproses data dalam jumlah besar. Namun, manusia memiliki kreativitas, empati, dan kemampuan untuk memahami konteks yang tidak dimiliki oleh mesin. Jadi, penting bagi manusia untuk terus memegang kendali atas perkembangan teknologi. Dengan mengatur dan mengelola perkembangan mesin secara bijaksana, manusia dapat menciptakan kolaborasi yang memberikan manfaat maksimal bagi keberlangsungan hidup.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh World Economic Forum tentang Future of Jobs Report 2020, yang membahas pentingnya keterampilan manusia dalam menghadapi otomatisasi, bahwa pada tahun 2023 diperkirakan 36% pekerja di perusahaan telah kehilangan pekerjaannya karena digantikan oleh mesin dan 85 juta pekerjaan akan hilang akibat otomatisasi pada tahun 2025. Untuk menghadapi masalah tersebut, ada beberapa hal yang mendasari kenapa manusia dan mesin harus saling melengkapi dan seimbang kedudukannya:
1. Manusia memiliki keunggulan kreativitas dan empati, yang tidak dapat dilakukan oleh mesin karena pemanfaatan kreativitas dan empati disini memungkinkan sebuah inovasi baru yang tidak bisa diprediksi oleh algoritma mesin sejatinya mesin dan teknologi bekerja terhadap suatu pola yang terstruktur dan algoritma yang sudah dirancang.
2. Peran manusia sebagai pengendali utama, tetap harus menjadi prioritas utama penggunaan teknologi dan mesin. Hal ini penting karena setiap algoritma dan perangkat teknologi memerlukan pembaruan, pengawasan, serta pengembangan.
3. Kolaborasi meningkatkan produktivitas dan inovasi, manusia dan mesin memiliki kelebihan yang saling melengkapi. Mesin unggul dalam efisiensi dan kecepatan, sedangkan manusia unggul dalam pengambilan keputusan dan kreativitas tanpa batas, contohnya saja dalam bidang industri, penggunaan mesin otomatis meningkatkan produktivitas, tetapi tetap membutuhkan manusia untuk mengawasi, dan mengelola pekerjaan agar maksimal.
Perkembangan teknologi digital pada era sekarang ini membawa dampak besar dalam berbagai aspek kehidupan, baik positif dan negatif. Mesin dan teknologi memang memberikan banyak keuntungan, seperti efisiensi dan biaya produksi yang lebih murah, namun hal ini juga berisiko mengurangi lapangan pekerjaan manusia. Oleh karena itu, dalam menghadapi era digital ini, baik manusia maupun mesin memiliki peran yang sangat penting untuk saling beradaptasi.
Kolaborasi yang baik antara manusia dan mesin, di mana keduanya saling melengkapi, dapat meningkatkan produktivitas dan inovasi yang lebih maksimal. Studi oleh Deloitte Insights tahun 2022 mengungkapkan bahwa perusahaan yang memanfaatkan kolaborasi manusia dan mesin mengalami peningkatan produktivitas hingga 40% dibandingkan perusahaan yang sepenuhnya bergantung pada manusia atau mesin saja. Mesin yang unggul didalam efisiensi dan kecepatan, serta manusia yang memiliki kreativitas, empati, dan kemampuan untuk membuat keputusan yang tidak bisa diprediksi oleh mesin. Jadi, manusia harus tetap menjadi pengendali utama dalam penggunaan teknologi, memastikan bahwa perkembangan teknologi memberikan manfaat yang besar bagi umat manusia tanpa menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan.
Adapun solusi yang bisa membuat manusia relevan dengan perkembangan teknologi saat ini, antara lain: 1)Peningkatan Literasi Digital, 2)Pelatihan dan Pendidikan Berkelanjutan, 3)Mengutamakan Kolaborasi Manusia dan Mesin, 4)Desain Teknologi yang Human-Centric, 5)Adaptasi terhadap Perubahan. Penerapan solusi-solusi ini dapat menciptakan masyarakat yang lebih siap menghadapi era digital, di mana kolaborasi antara manusia dan mesin berjalan harmonis, serta teknologi digunakan untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
Kemajuan teknologi digital telah membawa dampak signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia baik positif maupun negatif. Disatu sisi, mesin dan teknologi menawarkan efisiensi, kecepatan, dan biaya produksi yang lebih rendah. Namun, di sisi lain, hal ini berisiko mengurangi lapangan pekerjaan manusia. Oleh karena itu, adaptasi antara manusia dan mesin harus dilakukan secara seimbang, di mana manusia tetap menjadi pengendali utama. Dalam menghadapi era digital manusia perlu meningkatkan literasi digital, mengikuti pelatihan berkelanjutan, dan mengembangkan keterampilan yang relevan seperti pemahaman kecerdasan buatan dan big data. Dengan pendekatan yang bijaksana dan kolaborasi yang baik, manusia dan mesin dapat saling melengkapi dan menciptakan masa depan yang lebih produktif, inovatif, dan berkelanjutan.[]
Penulis :
Muhamad Ridwan Ardiansyah, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang, Email : m.ridwanardiansyah75@gmail.com