Makan Gratis Mengalir, Pendidikan Kian Terpinggir?

Makan gratis kini menjadi salah satu program andalan pemerintah yang cukup menyita perhatian publik. Dalam semangat pro rakyat, kebijakan ini disambut dengan antusiasme tinggi, terutama dengan tujuan mulianya untuk mengatasi kelaparan di kalangan anak-anak sekolah. Siapa yang bisa menolak jika anak-anak kita belajar dalam keadaan perut kenyang? Logika yang sederhana ini membuat program makan gratis terasa seperti solusi instan terhadap masalah besar yaitu kelaparan. Namun, ada sisi lain yang jarang dibahas di balik semua perhatian yang diberikan pada program ini, anggaran pendidikan yang seharusnya menjadi fondasi jangka panjang bangsa kita justru terabaikan. Ini adalah kenyataan pahit yang semakin terasa dampaknya di dunia pendidikan.

Pendidikan bukanlah barang mewah. Pendidikan adalah hak dasar yang harus dipenuhi oleh negara. Namun, ironisnya, sementara makan gratis menjadi prioritas utama dalam kebijakan publik, anggaran untuk pendidikan, riset, dan pengembangan kualitas pengajaran malah semakin diperkecil. Di sejumlah perguruan tinggi negeri, pemotongan anggaran sudah menjadi kenyataan. Banyak kampus besar yang terpaksa menghentikan berbagai program unggulan, dari magang mahasiswa, penelitian, hingga pengembangan fasilitas kampus. Bahkan, di beberapa kampus terkemuka, dana untuk menggaji dosen honorer ditunda, sementara kualitas pengajaran perlahan menurun.

Sebagai contoh, pada 2024, data dari Kementerian Pendidikan menunjukkan bahwa lebih dari 58 perguruan tinggi negeri mengalami pemotongan anggaran yang cukup signifikan. Kampus-kampus tersebut tidak lagi bisa menjalankan program-programnya dengan maksimal karena dana yang seharusnya dialokasikan untuk pengembangan pendidikan justru harus dipotong demi membiayai program bantuan sosial lainnya.

Baca Juga :  Ukhuwah Islamiyah untuk Kehidupan yang Lebih Harmonis

Di sisi lain, saat pemerintah terus menggembar-gemborkan makan gratis sebagai bukti nyata keberpihakan pada rakyat, kita harus bertanya: apakah program tersebut benar-benar membangun masa depan bangsa? Apa artinya kenyang hari ini jika masa depan pendidikan anak-anak kita malah dipertaruhkan? Memang benar bahwa makan adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Tanpa makan, anak-anak kita tidak bisa belajar dengan baik. Tetapi, kita harus ingat bahwa pendidikan adalah bekal utama untuk masa depan mereka. Tanpa pendidikan yang baik, anak-anak kita tidak akan mampu bersaing di dunia global yang semakin kompetitif. Makan gratis bisa menyelamatkan hari ini, tetapi pendidikan yang baik akan menyelamatkan masa depan mereka. Dan, inilah yang menjadi permasalahan utama yang saat ini mulai diabaikan.

Pendidikan adalah fondasi untuk membangun generasi yang cerdas, kreatif, dan siap bersaing di panggung dunia. Namun, kebijakan yang mengutamakan bantuan sosial dalam bentuk makan gratis tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap sektor pendidikan, justru akan melahirkan generasi yang bergantung pada bantuan dan tidak mampu berdiri di kakinya sendiri. Lihat saja, ketika anggaran pendidikan terus dipotong, kampus-kampus yang menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi justru terhambat.

Banyak program yang seharusnya mendorong riset dan pengembangan kualitas dosen dan mahasiswa malah terancam berhenti. Selain itu, banyak juga mahasiswa yang terpaksa menunda kelulusan karena program magang atau penelitian yang tidak lagi didanai. Jika terus berlanjut, kita akan kehilangan banyak potensi anak muda yang seharusnya bisa menciptakan inovasi dan memimpin di masa depan.

Baca Juga :  5 Tahun Hiatus, Value of Indonesia Fashion Day 2024 Siap Digelar di Bulan Juli

Kebijakan makan gratis memang memberikan manfaat langsung yang mudah dilihat oleh masyarakat. Siapa yang tidak senang ketika perut mereka terisi tanpa harus khawatir biaya? Tetapi, kita perlu menyadari bahwa kebijakan ini adalah solusi jangka pendek, yang bisa membuat kita lupa pada masalah besar yang lebih penting: kualitas sumber daya manusia kita. Pendidikan adalah investasi jangka panjang. Ketika pendidikan diprioritaskan, kita akan membangun bangsa yang lebih mandiri, yang tidak lagi bergantung pada bantuan sosial. Sebaliknya, ketika pendidikan terus terpinggirkan demi program jangka pendek, kita sedang merampas masa depan bangsa ini.

Lihatlah negara-negara maju yang kini memimpin dunia dalam bidang teknologi dan ekonomi. Mereka tidak membangun kemajuan mereka dengan membagikan makan gratis, tetapi dengan berinvestasi besar dalam pendidikan dan penelitian. Singapura, Korea Selatan, dan Finlandia adalah contoh negara yang memahami betul pentingnya pendidikan sebagai kunci utama pembangunan. Negara-negara tersebut berani mengalokasikan sebagian besar anggaran negara mereka untuk pendidikan, karena mereka tahu bahwa kemajuan hanya dapat tercapai dengan sumber daya manusia yang berkualitas. Jika Indonesia ingin mengejar ketertinggalan, kita harus mulai serius dalam memperkuat pendidikan kita. Tidak ada yang bisa menggantikan pendidikan dalam menciptakan sumber daya manusia yang siap menghadapi tantangan global.

Baca Juga :  Transformasi Digital dan Dampaknya pada Ekonomi

Program makan gratis tentu tidak bisa dihentikan begitu saja. Program ini perlu dilanjutkan, tetapi dengan syarat bahwa anggaran pendidikan tidak dikorbankan. Jika pemerintah ingin benar-benar berpihak pada rakyat, maka bantu mereka untuk mendapatkan pendidikan yang layak, bukan hanya memberi mereka makan. Bantulah sekolah-sekolah agar memiliki fasilitas yang memadai, bantu guru-guru agar bisa mengajar dengan baik, dan bantu perguruan tinggi agar bisa mengembangkan riset yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa. Karena yang terbaik dari sebuah bantuan sosial adalah ketika itu bisa membuat seseorang mandiri dan tidak lagi bergantung pada bantuan di masa depan. Dan itu hanya bisa dilakukan dengan pendidikan yang berkualitas.

Kita tidak bisa mengorbankan pendidikan demi kebijakan jangka pendek yang sekadar populer. Makan gratis mungkin memberikan kenyamanan dalam waktu singkat, tetapi pendidikan adalah investasi yang akan memberikan hasil nyata dalam jangka panjang. Pemerintah perlu menyeimbangkan antara kebijakan bantuan sosial dan pendidikan, agar kita tidak kehilangan generasi yang cerdas dan siap bersaing. Pendidikan bukan pelengkap, melainkan fondasi masa depan bangsa. Jangan sampai kita mengorbankan fondasi hanya demi kenyamanan sesaat. Mari bersama-sama membangun Indonesia yang lebih baik dengan memberikan pendidikan yang layak untuk setiap anak bangsa.[]

Penulis :
Marissya Ardianita Putri, Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

banner 300250