PAKAIAN batik merupakan salah satu identitas nasional Bangsa Indonesia yang banyak dikenakan dalam berbagai kegiatan resmi maupun sehari-hari oleh masyarakatnya. Keterampilan khusus membatik ini dahulunya hanya dikuasai oleh para perajin di Pulau Jawa, namun kini keterampilan Batik memiliki banyak peminat tak hanya dari generasi tua saja namun juga anak muda.
Batik bukan hanya untuk memperindah penampilan seseorang. Namun, lebih dari itu batik menyimpan filosofi di tiap motifnya. Batik Jumputan dari Kecamatan Umbulharjo Kabupaten Yogyakarta misalnya, motif yang ada di dalam batik jumputan ini disebut dengan motif ikat celup yang dibuat langsung dengan metode (handmade).
Dengan narasumber ibu Agus, pengusaha batik jumputan di kecamatan Umbulharjo kabupaten Yogyakarta. Usaha batik jumputan Bu Agus ini mulai dijalankan pada 22 Desember 2011 yang bertepatan dengan hari ibu.
Bu Agus memilih menjalankan usaha ini karena dirasa untuk melestarikan salah satu identitas nasional Bangsa Indonesia, yang pernah vakum. Modal awal yang digunakan Bu Agus saat memulai usaha ini yaitu sejumlah 4 juta rupiah untuk membeli kain dan pelatihan.
Modal awal yang digunakan Bu Agus bukan dari milik pribadi melainkan Bu Agus membentuk kelompok ibu-ibu rumah tangga yang beranggotakan 18 orang dengan tujuan agar ibu-ibu di sekitar bisa mendapatkan tambahan penghasilan. Usaha batik jumputan Bu Agus ini mendapatkan modal dari PMW(Penanaman Modal Wilayah) yang berbentuk arisan.
Sebelum pandemi (covid-19) Bu Agus bisa mendapat omzet sekitar 11-25 juta rupiah per-bulan akan tetapi untuk saat ini mendapat omzet 6-7 juta rupiah per-bulan itu sudah sangat bagus. Pemasaran batik & jumputan ini sudah melalui media sosial seperti Instagram, Shoope, Tokopedia, dan Facebook dan pemasaran lainnya yaitu dengan mengikuti pameran dari Disperindag.
Suka dan duka Bu Agus dalam menjalankan usaha ini yaitu merasa senang bila banyak pesanan dan banyak kain yang terjual akan tetapi adapun kendalanya yaitu dalam pencarian kain untuk stok pembuatan batik, karena warna kain tidak selalu sama seperti awal pembelian dan banyak pelanggan yang menawar dengan harga rendah, padahal produk batik & jumputan ini menggunakan metode handmade.[]***
Pengirim :
Wijiasih Prihatin, Ignatius Soni Kurniawan, S.E, M. Sc
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa – Yogyakarta