Di era media sosial, jurnalis warga atau Citizen Journalism memainkan peran yang semakin penting dalam pemberitaan. Mereka sering kali mampu memberikan liputan langsung mengenai peristiwa-peristiwa yang seharusnya diabaikan atau disensor oleh media arus utama. Salah satu jurnalis warga tersebut adalah Pasha Lovarian, seorang youtuber Indonesia yang telah melaporkan konflik Israel-Palestina selama lebih dari beberapa bulan.
Berita Pasha terkenal opininya dalam memberitakan. Dia telah mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan militer Israel terhadap warga Palestina, termasuk penggunaan kekuatan berlebihan, penahanan sewenang-wenang, dan penyiksaan serta mengcounter propaganda tidak masuk akal dari Israel. Beritanya telah membantu menjelaskan realitas kehidupan warga Palestina di bawah pendudukan Israel.
Seperti yang kita tau Jurnalisme warga, juga dikenal sebagai jurnalisme partisipatif, adalah suatu bentuk jurnalisme di mana orang-orang yang bukan jurnalis profesional terlibat dalam pengumpulan, pelaporan, analisis, dan penyebaran berita dan informasi. Organisasi ini telah memperluas pengaruhnya ke seluruh dunia, dengan individu-individu yang memberikan laporan instan dari zona bencana dan daerah yang terkena dampak pergolakan politik melalui berbagai platform digital seperti blog, media sosial, dan situs berbagi video (Albarado, 2018).
Pasha Lovarian sendiri adalah Citizen Journalism yang aktif di Youtube dan mengumpulkan, melaporkan, menganalisis, dan menyampaikan informasi dan berita dari Twitter atau X. Dia berusaha untuk menyampaikan secara objektif dan transparan serta mencari berita jauh kedalam agar berita yang disampaikan benar dan objektif. Dengan transparansi dan cara dia mencari berita yang dalam membuat propaganda yang coba dibuat oleh Israel menjadi terpatahkan.
Dulu sebelum penyerangan Hamas di bulan Oktober 2023 Pasha sendiri menjadi Citizen Journalism yang berfokus dengan berita anime dan Jepang tapi sekarang fokus dengan pemberitaan terkait Palestina-Israel. Ini juga karena para penontonnya suka dengan cara dia membawakan berita. Sebelum dia membawakan berita di Youtube dia sudah aktif menjadi Citizen Journalism di blognya sendiri dari tahun 2012.
Pasha Lovarian adalah salah satu dari banyak contoh Citizen Journalism. Dan dilihat dari momennya terutama Indonesia yang akan di dominasi oleh anak muda maka kemungkinan besar popularitas terhadap Citizen Journalism ini akan meningkat. Indonesia terdiri dari sekitar 64,19 juta generasi muda, tersebar di Indonesia bagian barat hingga timur. Ini menunjukkan bahwa jumlah generasi muda di Indonesia hampir seperempat jumlah penduduk (24,01 %), artinya 1 dari 4 penduduk Indonesia adalah generasi muda (BPS, 2019).
Dan anak muda ini juga cenderung menggunakan sosial media dibandingkan dengan menonton berita di tv yang bersumber dari media konvensional. Walaupun kepercayaan publik terhadap berita di sosial media yang sering menjadi tempat Citizen Journalism ini belum mengalahkan media konvensional tapi bukan tidak mungkin di masa depan kepercayaan publik terhadap Citizen Journalism lebih kuat daripada media konvensional karena tidak diatur oleh siapapun.
Masyarakat Indonesia lebih percaya pada media konvensional dibandingkan media sosial, menurut Presiden Joko Jokowi Widodo yang mengutip penelitian barometer kepercayaan pada tahun 2018. Data juga mencatat bahwa pada tahun 2016, kepercayaan masyarakat terhadap media konvensional mencapai 59 persen dibandingkan dengan 45 persen terhadap media sosial; 58 : 42 persen pada tahun 2017; dan 63 : 40 persen pada tahun 2018 (Setkab, 2019).
Kepemilikan media di Indonesia sangat terkonsentrasi, dengan beberapa konglomerat besar menguasai sebagian besar media surat kabar negara, stasiun TV, dan portal berita online. Karena konsentrasi kepemilikan media, perusahaan-perusahaan ini mempunyai kekuatan yang sangat besar untuk membentuk opini publik dan mempengaruhi proses politik. Misalnya, Surya Paloh, pemilik Media Group, yang memiliki beberapa media besar termasuk Media Indonesia dan Metro TV, adalah salah satu contohnya.
Namun, kedekatan hubungan antara pemilik media dan kepentingan pemiliknya menimbulkan pertanyaan mengenai ketidakberpihakan dan objektivitas media. Para kritikus berpendapat, para pemilik media mungkin menggunakan media mereka untuk mempromosikan kepentingan politik mereka dan membungkam suara-suara yang berbeda pendapat. Hal ini mendorong seruan di Indonesia untuk meningkatkan transparansi dan regulasi kepemilikan media guna memastikan bahwa media tetap independen dan bebas dari campur tangan politik. Hal serupa juga terjadi pada Hary Tanoesoedibjo, miliarder pemilik MNC Group dan ketua Partai Perindo.
Mengingat hal ini, terdapat peningkatan kebutuhan akan media independen untuk mendapatkan visibilitas dan kredibilitas publik. Saluran-saluran ini dapat memberikan perspektif yang lebih seimbang mengenai peristiwa-peristiwa terkini dan tokoh-tokoh politik dengan memberikan realitas obyektif dalam bahasa yang lebih netral dan analisis berbasis bukti. Hasilnya, masyarakat bisa lebih terinformasi dan terlibat, yang mana hal ini sangat penting bagi demokrasi yang sehat.
Untuk memastikan bahwa masyarakat memiliki akses terhadap informasi yang tidak memihak, penting untuk memahami cara kerja media dan mendorong independensi dan keberagaman media (Faisal, 2017; Sabir, 2022). Hal ini akan membantu mencegah media digunakan untuk mendukung kepentingan pihak yang berkuasa, sekaligus memastikan bahwa masyarakat mendapat informasi dan mampu membuat keputusan yang tepat.
Disinilah peran Citizen Journalism masuk, karena platform mereka adalah sosial media, yang sering digunakan oleh anak muda, sedikit sekali interest dari pembuat berita yang membuat mereka terkesan objektif dan ini juga didukung oleh anak muda mulai terbuka terhadap studi kasus seperti Surya Paloh dan Hary Tanoesoedibjo ini.[]
Pengirim :
Ilham Khairul Derry Antono, Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia, email : ilhamkhairulderryantono@gmail.com